Kamis, 30 April 2009

artikel sosial

Bertato dan Bertindik, Ngga’
Takut Dicap Ndugal

Menggambari badan secara permanen dengan tato serta bertindik bagi kaum laki-laki sebenarnya bukan hal baru. Sudah sejak lama orang mengenal dua hal ini, namun bagaimana jika ada siswa sekolah melakukan hal ini dan bagaimana pendapat teman sebayanya?
Beberapa tokoh idola anak muda yang kerap muncul ditelevisi anggota badannya bertato. Kehidupan mereka tampak wajar-wajar saja tidak urakan bahkan terkadang tampak mengasikkan. Di sisi lain, di media juga kerap muncul berita tentang rasia preman dengan sasaran orang diduga kerap melakukan tindakan premanisme. Entah sebuah kebetulan atau tidak orang yang terkena rasia tersebut kebanyakan memiliki tato di bagian tubuhnya dan sebagian juga bertindik baik itu di kuping maupun di bagian lain di wajah. Namun di sisi lain mereka jga menganggap yang bertato dan yang bertindik terkesan urakan apalagi juga kedua tindakan ini dilakukan oleh anak yang duduk di bangku sekolah
Kesan Negatif
Meski terkesan begitu, ternyata ada lho siswa di Solo yang badannya bertato atau bertindik. Seperti dikatakan salah satu siswa SMK Pratama, Bayu Novianto. Ada beberapa temannya yang memiliki tindik di lidah agar tidak ketahuan gurunya. Meski tidak tampak di luar namun baginya hal itu tetap mengesankan negatif pada anak itu selain urakan, ndugal, juga nakal.
“Kalau ditato dan ditindik kesannya negatif, nakal, dan urakan. Ada temen saya yang ditindik lidahnya, ya walaupun ngga pakai penanda logam tapi kesannya tetap negatif,” Kata siswa kelas ll otomotif ini. Sementara itu salah satu temannya, Wanda Prasetya Putra mengatakan hal senada


dengan bayu. Dia menambahkan selain terkesan negatif bertato dan bertindik sendiri sebenarnya tidak perlu dilakukan karena dapat menghalangi peluang mereka untuk meraih maa depan.
Sebagai contoh, berdasarkan pengalamanya dalam mengikuti seleksi pekerjaan di sebuah perusahaan , salah satu perusahaan saya harus melakukan syarat umum adalah bebas tato dan tindik. “Selain urakan, kalu ada seleksi perusahaan di peusahaan yang bonafit pasti tidak ada yang lolos karena mereka memperssyaratkan bebas tato dan tindik”, kata dia. Terpisah salah satu siswa SMA Batik 1 Solo, Dresdiando Samodra mengatakan tato dan tindik itu merupakan salah satu larangan keras dari orang tuanya. Sehingga terbesit di benaknya untuk menggambari badannya dengan jarum suntik atau melubangi daun telinganya. Lepas dari larangan tersebut dia juga menganggap bahwa tato dan tindik memberikan kesan negatif, baik di sekolah maupun di masyarakat. “Kesannya tidak baik. Selain itu, biasanya orang tua juga melarang bertato dan bertindik”, kata dia.

Suara Merdeka, Kamis 9 April 2009

Tidak ada komentar: