Kamis, 30 April 2009

analisis pemerolehan bahasa remaja




Identifikasi Pemerolehan Bahasa Remaja pada Ari kurniawan:
Analisis Mikro linguistik: Sintaksis, fonologi dan fonetik, morfologi.
Analisis Makro linguistik: Psikolinguistik dan Sosiolinguistik


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG


Setiap makhluk hidup memerlukan bahasa, bahasa tersebut berfungsi sebagai suatu alat untuk menyampaikan sesuatu gagasan, ide yang akan ditransfer dan dipahami oleh mitra tuturnya sehingga diharapkan dengan bahasa dapat membuat suatu hubungan yang bersifat kedekatan emosional. Kedekatan emosional merupakan suatu ikatan yang terkontrol yang diperoleh dari para pengguna bahasa karena memiliki suatu pemikiran yang sama yang diperoleh lewat bahasa. Ketika para pengguna bahasa yang satu dengan yang lain tidak dapat memanfaatkan bahasa, sehingga bukan kedekatan emosional yang didapat melainkan munculnya missed communication, dalam artian pengguna bahasa tersebut belum dapat memanfaatkan bahasa sebagai media untuk menyatukan pemikiran-pemikiran antar mitratuturnya, sehiangga membuat kegagalan dalam berkomunikasi.
Remaja merupakan suatu penggolongan usia setelah anak-anak atau di mana pada masa ini, remaja bisa dikatagorikan sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju ke usia dewasa. Pada masa remaja pemerolehan bahasa cenderung diperoleh pada pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Semangat keinginan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan memperoleh sesuatu yang baru membuat pemerolehan bahasa pada remaja cenderung lebih besar dari pada pemerolehan bahasa pada orang dewasa artinya ketika seorang remaja dihadapkan pada lingkungan yang belum pernah mereka kenal sebelumnya atau lingkungan baru, mereka cenderung mempunyai suatu keinginan atau berupaya untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan tersebut. Pemerolehan bahasa yang besar dimaksudkan karena remaja cenderung lebih mempunyai waktu yang lebih intensif dalam melakukan adaptasi di bandingkan orang dewasa. Sesuatu yang mendasar dari pemerolehan bahasa tersebut adalah pada tingkat potensi individu itu sendiri dalam beradaptasi, akan tetapi yang dimaksudkan pada penjelasan di atas adalah tingkat pengupayaan yang dilihat secara general dalam penggolongan usia terhadap pemerolehan bahasa.
’Pemerolehan bahasa’ yang diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai sukses penguasaan yang lancar serta fasih terhadap ’bahasa ibu’ mereka atau yang sering dikenal dengan bahasa yang terbentuk dari lingkungan sekitar. ’Pemerolehan’ tersebut dapat dimaksudkan sebagai pengganti ’belajar’ karena belajar cenderung dipakai psikologi dalam pengertian khusus dari pada yang sering dipakai orang (Tarigan, Guntur; 1986: 248).
Pemerolehan bahasa seseorang khusunya remaja lebih diperoleh dari faktor lingkungan dan faktor diri. Adapun faktor lingkungan tersebut bisa di sekolahan, di rumah ataupun di luar lingkungan rumah dan sekolah. Sehingga dalam artian pemerolehan bahasa dapat diperoleh di mana saja. Faktor diri dimaksudkan adalah potensi yang dimiliki setiap individu dalam pemanfaatan untuk pemerolehan suatu bahasa atau lebih bersifat psikis mengenai keinginan (motifasi), intelegnsi kemampuan merekam kosakata dalam memeperoleh suatu bahasa.
Individu merupakan faktor utama dalam pemerolehan bahasa remaja dan diikuti minoritas faktor lingkungan. Lain halnya dengan permerolehan bahasa pada anak yang sangat bergantung pada peranan lingkungan dalam pembentukan diri dan pemerolehan bahasa. Remaja merupakan individu yang secara naluriah memiliki potensi dan kemapuan baik itu dalam segala hal, sehingga dalam hal ini peran diri sendiri sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa pada remaja. Adapun pada penelitian ini yang menjadi objek fokus adalah pemerolehan bahasa remaja pada Ari kurniawan. Banyak hal yang membuat peneliti memilih Ari sebagai objek penelitian, yang salah satunya adalah mudahnya memperoleh data dari objek tersebut. Adapun kesulitan peneliti dalam memperoleh data dari objek tersebut adalah karena keterbatasan peneliti dalam memahami percakapan yang sedang berlangsung ketika objek menggunakan bahasa jawa krama sebagai alat untuk berkomunikasi, sehingga peneliti hanya memperoleh data berupa bahasa yang dipahami oleh peneliti yaitu bahasa indonesia dan beberapa bahasa jawa seperti ngoko dan krama walaupun hanya beberapa saja, akan tetapi peneliti berusaha untuk bertanya kepada narasumber yang dapat dipercaya untuk membantu dalam menerjemahkan bahasa jawa, baik itu ngoko dan krama.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diadakan penelitian dengan judul ”Identifikasi pemerolehan bahasa Remaja pada Ari kurniawan: Analisis Mikro linguistik: Sintaksis, Leksikon, morfologi. Analisis Makro linguistik: Psikolinguistik dan Sosiolinguistik,”

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi bahasa remaja dengan pendekatan mikro dan makro linguistik
2. Mendeskripsikan bahasa yang digunakan Ari dalam percakapan.

BAB II
PEMBAHASAN


Pemerolehan bahasa remaja secara umum dapat diperoleh dari mana saja, pada latar belakang di atas telah dijelaskan tentang faktor-faktor pemerolehan bahasa remaja. Pemerolehan bahasa remaja secara optimal dapat dipengaruhi oleh faktor diri, karena ditinjau dari pendekatan psikologis faktor diri mempunyai pengaruh terbesar dalam pemerolehan bahasa. Seperti halnya dalam kemampuan, kemauan (motivaasi) untuk berkomunikasi. Dari faktor diri di luar pisikis misalnya latar belakang lingkungan, pendidikan, status ekonomi, status sosial.

1. Pendekatan Mikro linguistik
Pendekatan mikro linguistik merupakan cabang linguistik yang membicarakan tentang cabang bahasa dari internalnya seperti morfologi, fonologi, lesikon, sintaksis. Pemerolehan bahasa pada penelitian ini akan dikaji berdasarkan pendekatan mikro linguistik.
• Morfologi
Morfologi merupakan anak cabang dari mikro linguistik yang cakupan pembahasannya tentang kata dan kelompok kata. Sehingga pada implementasi dari pemerolehan bahasa pada ari kurniawan diantaranya terdapat kesalahan berbahasa dari beberapa kata yang semestinya diucapkan penuh akan tetapi sebaliknya diucapkan dengan separuh dari bagian kata saja, namun dalam konteks percakapan tersebut baik penutur dan mitra tutur memahami konteks pembicaraan dalam percakapan.
Misalnya pada data percakapan 1 tuturan kalimat 1:
1. Gimana kabarnya pak?
Kata ”Gimana” pada kalimat di atas merupakan sebuah makna yang menunjukan kata ”bagiamana” yaitu kata tersebut merupakan kata yang mewakili dalam kalimat pertanyaan. Akan tetapi ari menggunakan kata gimana dalam percakapan tersebut untuk mengganti kata bagaimana, namun dalam konteks pembicaraannya, mitratuturnya mengerti apa yang dimaksud penutur.

Kalimat lanjutan dari kaliamt 1 dalam percakapan 1

2. Alhamdullilah baik, Kalau kamu?

Pada kalimat di atas atau kalimat 2 merupakan kalimat lanjutan dari kalimat 1 yang menandakan bahwa mitratuturnya mengerti maksud dari penutur, sehingga pembicaraan tersebut tidak terdapat missed communication atau komunikasi terputus dari pihak penutur dan mitra tutur.

3. Nggak, ne lagi tungguin temen, soalnya kemaren sudah janjian

Kalimat 3 merupakan kalimat yang diambil dari data percakapan 2. Pada kalimat di atas ada kata yang mengalami penyingkatan yaitu pada kata ”ne”. Kata ”ne” dimaksudkan oleh penutur yang mempunyai arti sama dengan kata ini. Sejauh pengamatan saya antara penutur dan mitra tutur dalam percakapan tersebut mengerti terhadap konteks yang dibicarakan.

• Sintaksis
Sintaksis merupakan anak cabang dari mikro linguistik yang pembahasannya lebih pada klausa dan kalimat. Adapun pada implementasinya dalam penelitian pemerolehan bahasa Ari lebih difokuskan pada bentuk fisik kalimat atau unsur segmental yang berupa bentuk kalimat imperatif, deklaratif dan introgatif. Dari pemerolehan data percakapan 1 dan 2 dapat dilihat bahwa pada setiap tuturan, penutur menggunakan kalimat introgatif atau kalimat pertanyaan dan kalimat deklaratif atau kalimat berita. Dari data yang diperoleh tidak ditemukannya kalimat imperatif dalam percakapan 1 dan 2 artinya ketika percakpan berlangsung penutur tidak menggunakan kaliamat imperatif. Bentuk kalimat introgatif digunakan agar percakapan tersebut menjadi aktif. Di bawah ini merupakan bentuk kalimat introgatif yang digunakan ari dalam percakapan dengan mitra tuturnya.
Tuturan pada percakapan 1

4. Gimana kabarnya pak?

Tuturan pada percakapan 2

5. Lagi santai mas?

Di atas merupakan bentuk kalimat introgatif, adapun di bawah ini merupakan bentuk kalimat deklaratif, kalimat deklaratif pada kalimat di bawah ini merupakan jawaban dari pertanyan yang disampaikan oleh mitratutur dari Ari yang menggunakan kailamt introgatif misalnya pada kalimat 7 - 13, akan tetapi ada kalimat yang bukan jawaban dari hasil pertanyaan mitra tutur misalnya pada kalimat 6.
6. Assalamualaikum,..

7. Alhamdullilah baik juga pak

8. Saya kuliyah di UMS pak.

9. UM pak, UMS.

10. Jurusan keguruan.

11. Bahasa Indonesia pak.

12. Mau kekebak keramat.

13. Nggak, ne lagi tungguin temen, soalnya kemaren sudah janjian.

• Fonologi dan Fonetik
Fonologi merupakan cabang mikro linguistik yang ruang lingkupnya membahas tentang bunyi bahasa ditinjau dari fungsinya. Dan fonetik adalah cabang lngistik yang ruang lingkupnya membahas tentang bunyi bahasa yang lebih terfokus pada sifat-sifat akusitknya atau pelafalanya ( Verhaar: 2001: 10). Adapun implementasinya pada penelitian ini adalah bunyi bahasa yang dikeluarkan oleh ari dalam percakapan. Di bawah ini merupakan penggalan dari percakapan ari dengan mitratuturnya pada percakapan 1. Pada waktu O2 bertanya pada O1, yang dimana O1 adalah ari dan O2 adalah mitratuturnya. Dimana kuliyahnya? O1 pun menjawab ”Saya kuliyah di UMS” akan tetapi karena fonem [M] pada kata
[U] [M] [S] lebih terdengar seperti fonem [N] pada kata [U] [N] [S]. Padahal pada kata /M/ dan /N/ satu sama lain mempunyai fungsi yang berbeda seperti pada kata
/U/ /M/ /S/
/U/ /N/ /S/
Sehingga pada tuturan terakhir pada kutipan percakapan 1, O1 lebih menekankan fonem [M] ke O2 agar tidak terjadi missed communication atau kegagalan dalam memahami tuturan dalam konteks percakapan tersebut.

Kutipan percakapan 1
O2: oOO ya,.. sekarang kamu kuliyah dimana?
O1: Saya kuliyah di UMS pak.
O2: UNS apa UMS?
O1:UM pak, UMS.

2. Pendekatan Makro linguistik
Pendekatan maikro linguistik merupakan cabang linguistik yang membicarakan tentang cabang bahasa dari eksternalnya seperti sosiolinguistik, psikolinguistik. Pemerolehan bahasa pada penelitian ini akan dikaji berdasarkan pendekatan makro linguistik.

• Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan cabang makro lingistik yang ruang lingkupnya mengkaji bahasa dengan masyarakat, khususnya penutur bahasa. Sosiolinguistik dalam konsepnya mempertimbangkan keterkaitan dua hal, yakni dengan linguistik untuk segi kebahasaanya dan dengan sosiologi untuk segi kemasyarakatannya ( Kunjana: 2001: 13). Berdasarkan pengertiannya, penelitian ini lebih mengkaji masalah bahasa dengan sosiologi untuk kemasyarakatan. Pengamatan saya tentang pemerolehan bahasa pada Ari kurniawan lebih didominasi penggunaan bahasa jawa dalam percakapannya karena dilihat dari konteks tempat tinggalnya yang masyarakatnya adalah suku jawa, walaupun demikian Ari dalam hal ini lebih mencoba untuk bersifat komunikatif dalam berbahasa, maksudnya Ari lebih dapat menyesuaikan konteks tuturan dalam percakapan, kepada siapa dan kapan penggunaan bahasa yang layak digunakan ketika dia bertutur. Seperti pada kutipan percakapan di bawah ini. Pada kutipan percakapan 2, ari yang merupakan O2 dapat menyesuaikan diri dalam berbicara, O1 yang merupakan mitra tutur, mengawali pembicaraan dengan bahasa jawa ngoko, sehingga secara refleks O2 pun menjawab tuturannya seperti bahasa O1. Pada kutipan percakapan 2 mengguanakan konteks bahasa jawa ngoko lain halnya dengan kutipan percakapan 3 dan 4 yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa krama, sehingga ketika ari dihadapkan pada konteks pembicaraan yang dituntut untuk berbicara dengan menggunakan bahasa jawa krama secara refleks ari menggunakan bahasa jawa krama sebagai bahasa tuturannya sebaliknya ketika dia dihadapkan pada koteks bahasa Indonesia secara refleks ari menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa tuturannya.

Kutipan percakapan 2
O1: Ri kowe wes mangan durung? (Ri kamu sudah makan belum?)
O2: wes (Sudah)
O1: Ki arep mangan neh ora? (Ini mau makan lagi tidak?)
O2: Aku ngancani kowe wae (Aku nemenin kamu saja)

Kutipan percakapan 3
O1: Assalamualaikum,..
O2: Walaikumsalam,..
O1: Gimana kabarnya pak?
O2: Alhamdullilah baik, Kalau kamu?

Kutipan percakapan 4
O1: Brem e pinten bu? (Bremnya berapa bu?)
O2: Engkang ageng gangsal ewu, engkang alit tigang ewu (kalau yang besar 5000 kalau yang kecil 3000)
O1: Engkang ageng tigang ewu diengge rayi kulo (Kalau yang besar 3000 untuk saudara saya)
O2: Dereng angsal (Belum dapat)

• Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan cabang makro linguistik yang ruang lingkupnya membahas tentang bahasa yang ditinjau dari segi psikologi. Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya tentang faktor-faktor pemerolehan bahasa remaja pada ari kurniawan. Berbagai macam faktor yang dapat mendukung proses pemerolehan bahasa yang di antarnya merupakan faktor diri dan diikuti dengan faktor lingkungan. Faktor diri sangat memperngaruhi pemerolehan bahasa pada remaja karena faktor diri merupakan cakupan dari kemampuan dan kemauan dalam berkomunikasi. Ditinjau dari faktor diri, Ari memiliki kemauan yang sangat kuat dalam berkomunikasi sehingga secara eksplisit kemampuan dalam berkomunikasinya setara dengan kemauannya. Ditinjau dari faktor lingkungan yang sangat kondusif dalam pemerolehan bahasa ari sehingga ketika berkomunikasi dengan mitratuturnya Ari secara refleks dapat menyesuaikan tuturan tersebut.

SIMPULAN


Pemerolehan bahasa remaja yang berfokus pada bahasa Ari kurniawan yang ditinjau dari Analisis Mikro linguistik meliputi morfologi, fonologi dan fonetik, sintaksis dan Analisis Makro linguistik meliputi psikolinguistik dan sosiolinguistik. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa pada remaja atau pemerolehan bahasa pada ari kurniawan antara lain adalah faktor diri dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa pada Ari kurniawan.


DAFTAR PUSTAKA


• Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, kode dan alih kode. Yogyakarta: pustaka pelajar
• Soenjono, Unika. 2000. ECHA Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.
• Tarigan, Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
• Verhaar. 2001. Asas-asas linguistik umum. Yogyakarta: Gajah Mada University press.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

ak lg nyari artikel pemerolehan bahasa, eh ketemu ini. makasih ats postingannya.

bahasa dan sastra Indonesia banget chOOooy,....>> mengatakan...

Ya Pak Umar, semoga postingnya bisa bermanfaat.