Kamis, 30 April 2009

artikel sastra

Minimnya Eksistensi Pembelajaran Sastra di Sekolah-sekolah

Sastra merupakan karya tulis yang mengandung unsur seni, estetik dan keindahan. Memang untuk batasan-batasan sastra itu sendiri masih lebih bersifat relatif. Bahkan kemampuan atau pengetahuan sesorang akan bersastra itu sendiri terkadang masih belum dapat di pahami dengan jelas. Seperti yang kita yakini secara gelobal bahwa sastra itu meliputi puisi, cerpen, dongeng, pantun, hikayat dan lain-lain, sebenarnya sastra itu sangat luas, seperti yang telah saya ungkapkan pada awal kalimat bahwa sastra itu merupakan karya tulis yang mengandung unsur seni atau pun nilai estetika atau nilai keindahan.
Sekarang sastra mendapatkan tempat yang cenderung sangat minim dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolahan dibandingkan pembelajaran tentang kebahasaan. Padahal untuk pencapaian kompetensi hasil belajar siswa seperti pada SI (Standar Isi) ketercapaian kompetensi bahasa dan sastra harus seimbang. Akan tetapi pada aplikasinya justru sastra lebih dikesampingkan dibandingkan kemampuan bersastra. Beberapa penelitian yang terdahulu dalam studi kasus di sekolah-sekolah akan pembelajaran sastra. Seperti yang telah saya ungkapkan tadi bahwa hasil-hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pembelajaran sastra di sekolah-sekolah sangat minim. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa minimnya pembelajaran sastra disekolah-sekolah Pertama, Pada tenaga propesional dibidang sastra pada sekolah-sekolah tersebut cenderung minim, bahkan dapat dikatakan tenaga yang sebenarnya dibidangnya dirangkap dengan bidang lain. Dimaksudkan seperti tenaga pengajar guru bidang studi sejarah merangkap bidang studi bahasa sehingga untuk pembelajaran sastra sendiri karena tenaga pengajarnya bukan dari bidangnya mengakibatkan mis konsepsi dalam pembelajaran tersebut terutama dibidang sastra.
Kedua, minimnya fasilitas-fasilitas yang mendukung akan proses pembelajaran sastra itu sendiri, ambil contoh penyediaan buku-buku yang berkaitan dengan studi atau cakupan sastra itu sendiri sehingga proses pembelajaran sastra terksesan asing dan dikeduakan. Sungguh ironis dengan cakupan standar isi pada kurikulum tentang bahasa dan sastra itu sendiri seperti sudah disinggung di awal paragraf sebelum-sebelumnya.
Respon siswa sendiri terhadap sastra sangat baik akan tetapi pembelajaran sastra dan penyediaan fasilitas mengenai sastra yang sangat memperihatinkan. Pada dasarnya siswa pada masa-masa pubertas pertamanya mempunyai sifat yang selalu ingin tahu, rasa ingin tahunya sungguh besar, apalagi sesuatu yang menyangkut dirinya. sehingga sesuatu yang berhubungan dirinya sering menjadi target yang paling utama dalam keingin tahuannya.
Permaslahan-permsalahan itu pada dasarnya dapat dijawab oleh sastra, dalam arti lain seperti yang saya ungkapkan diawal-awal paragraf bahwa cakupan sastra itu sangat luas. Sesuatu yang bersifat karya tulis yang mengndung unsur-unsur estetik itu hanya di dapat pada definisi dan cakupan sastra itu sendiri. Semua buku-buku yang dikemas dengan suatu keindahan baik itu membahas tentang sesuatu hal atau masalah yang hangat sekarang dapat dikaji dengan cara sastra. Karena ketika membaca sastra memberikan suatu perbedaan yang disebabkan karena ada daya estetiknya.
Siswa cenderung senang dengan sesuatu yang mudah dan praktis, lebih-lebih ketika dalam membaca sebuh buku, walaupun didalam sebuah buku tersebut berisi tentang suatu solusi-solusi tentang maslah-maslahnya, sisawa terserbut cenderung untuk lebih menyerah dibandingkan membaca isi buku tersebut, karena buku tersebut gaya penulisanya yang terlalu teoritis dan tidak mudah untuk dipahami. Ketika buku yang sama dalam segi pembahasannya dan lebih dikaji atau diwrnai oleh sastra itu sendiri akan lebih menarik, mudah dan mudah dipahami. Karena dalam sastra itu sendiri aspek estetika lebih diprioritaskan.
Sekolah diharapkan untuk lebih peka terhaadap permasalahn-permsalahan yang kelihatan mudah atau sepele akan tetapi membawa daampak yang sangat serius bagi perkembngan dan masa depan anak-anak bangsa. Permasalahan-permasalahan tersebut yang belum terselesaikan diharapakn secepatnya mendaptkan solusinya. Kontinu dan berkesinambungan serta penmpatan sesuatu yang benar-benar tempatnya dan menyediakan fasilitas pendukung akan proses pembelajaran tersebut lebih-lebih pada pembelajaran sastra.

Tidak ada komentar: