Sabtu, 28 Maret 2009

Identifikasi Bahasa Anak umur 3 tahun

Identifikasi Bahasa Anak umur 3 tahun pada naily: analisis psikolinguistik
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan, karena Anak pada umumnya masih menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap transisi dalam berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh mitratuturnya. Untuk menjadi mitratutur pada anak dan untuk dapat memahami maksud dari pembicaraan anak, mitratutur harus menguasai kondisi atau lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan media di sekitar mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan kepada mitratutrnya di dalam berbicara. Selain menggunakan struktur bahasa yang masih kacau, anak-anak juga cenderung masih menguasai keterbatasan dalam kosakata (leksikon) dan dalam pelafalan fonemnya secara tepat. lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Sehingga hasil bahasa yang diucapkan oleh anak-anak, berdasarkan dari kemampuanya dalam berinteraksi langsung pada bahasa-bahasa yang ada di sekitarnya.
’Pemerolehan bahasa’ yang diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai sukses penguasaan yang lancar serta fasih terhadap ’bahasa ibu’ mereka atau yang sering dikenal dengan bahasa yang terbentuk dari lingkungan sekitar. ’Pemerolehan’ tersebut dapat dimaksudkan sebagai pengganti ’belajar’ karena belajar cenderung dipakai psikologi dalam pengertian khusus dari pada yang sering dipakai orang (Tarigan, Guntur; 1986: 248). Dalam hal ini pemerolehan bahasa pada anak akan membawa anak pada kelancaran dan kefasihan anak dalam berbicara.
Rentang umur anak di usia balita umumnya mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu dan ingatan cenderung lebih cepat dibandingkan usia-usai diatas balita. Sehingga dalam usia-usia tersbut sebaiknya mendapatkan perolehan bahasa yang baik, anak harus selalu dirangsang dengan sesuatu yang bersifat pedagogig atau pendidikan. Pendidikan bahasa pada anak-anak tersebut harus selalu di tingkatkan untuk memperoleh hasil berbicara yang baik.
Dari data penelitian mengenai bahasa anak umur 3 tahun memberi kesimpulan bahwa umumnya anak dalam usia-usia tersebut memiliki semangat dalam berbicara, kemapuan keingintahuannya cenderung lebih besar. misalnya; menceritakan sesuatu yang terjadi di sekelilingnya kepada orang-orang terdekat, berbicara yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dari lingkunganya. Anak usia tersebut walaupun mempunyai semangat yang tinggi dalam kompetensi berbicara akan tetapi mereka cenderung masih belum mempunyai kemampuan dalam pengontrolan emosi, sehingga bahasa yang dikeluarkan cenderung mengalami ketersendatan atau yang sering dikenal dengan penyakit gagap dalam berbicara.
Dalam hal ini peran orang tua sebagai fasilitator harus ekstra-aktif dalam pertumbuhan bahasa anak, dengan keaktifan tersebut diharapkan agar anak memperoleh bahasa yang baik dan lancar dalam berbahasa. Adapun dalam penelitian bahasa anak umur tiga tahun ini akan di fokuskan pada Naily dengan menggunakan pendekatan dari cabang linguistik mikro yaitu morfologi, sintaksis, leksikon dan makro yaitu sosiolingistik dan Psikolingistik
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi bahasa anak umur 3 tahun
2. Ingin mengetahui sejauh mana ketercapaian berbahasa anak umur 3 tahun yang di fokuskan pada Naily

BAB II
PEMBAHASAN

Pemerolehan bahasa anak dapat secara maksimal diperoleh dari lingkungannya. Sehingga pemerolehan yang maksimal, dapat mempengaruhi out put bahasa yang dikeluarkan dari anak tersebut. Dari perolehan data penelitian, menunjukan bahwa keberhasilan anak umur 3 tahun dalam berbahasa, yang dimaksudkan adalah kefasihan dalam berbicara adalah faktor lingkungan. Adapun cakupan komponen yang termasuk dalam katagori lingkungan adalah peran aktif orang tua, fasilitas pendukung dalam pemerolehan bahasa, orang-orang terdekat dengan anak, misalnya; Baby Sister, kakak, kerabat dan saudara yang usianya di atas anak tersebut.
Seperti yang diungkapan di dalam pendahuluan tentang semangat berbicara pada anak dan rasa keingintahuan akan sesuatu, dapat dilihat dari transkrip rekaman 1 dan 2. pada transkrip rekaman 1 dan 2 ini merupakan satu alur cerita, data tersebut diambil pada waktu siang hari tanggal 14 oktober 2008. Dalam rekaman ini O1 (anak) dan O2 (bapak). O1 menanyakan apa yang sedang dikerjakan oleh bapaknya dengan menggunakan bahasa yang seadanya. Transkrip rekaman ketiga merupakan pembicaraan antara O1 (anak), O2 (Ibu) dan O3 (Peneliti). Dalam pembicaaan tersebut O1 bertanya kepada O2 tentang cara berbelanja, adapun O3 dalam pembicaraan tersebut tidak menjadi titik fokus dalam pembicaraan.

A. Pendekatan Mikro linguistik
• Morfologi
Ditinjau dari pendekatan morfologis dalam pemrolehan bahasa yang dipakai Naily masih belum teratur maksudnya anak tersebut belum bisa menempatkan afiks dalam suatu kata sehingga dalam percakapannya si anak menggunakan kalimat yang mudah dipahami mitratuturnya tanpa menggunakan kata berafiks. Jadi diksi yang digunakan anak tersebut menggunakan diksi yang tidak menggunakan kata berafiks. Banyaknya kata dalam percakapan yang digunakan si anak dengan melesapkan atau menyingkatkan kata tersebut dapat dilihat pada kalimat;
1. Pak baru ngapain to? => ”Bapak sedang apa?”
2. Pak panas gak ini pak? => ”Pak ini panas tidak?”
Beberapa kalimat yang menggunakan kata yang tidak utuh atau mengalami penyingkatan, akan tetapi masih bisa dipahami oleh mitratuturnya. Penggunaan bahasa yang tidak utuh atau mengalami penyingkatan akan dikaji secara spesifik lewat pendekatan sosiolinguistik dan psikolingistik.
• Sintaksis
Pemerolehan bahasa anak dikaji berdasarkan pendekatan Sintaksis. Dari data yang diperoleh penggunaan bahasa pada si anak sudah mulai baik, si anak sudah dapat menempatkan kalimat yang bersifat introgatif, Deklaratif, Imperatif.
Seperti pada beberapa kalimat ini.
3. Pak panas gak yang ini pak?
4. Ais pegang semuanya pak, Panas gak?
Kedua kalimat di atas merupakan kalimat introgatif yang diucapkan si anak, kalimat keempat merupakan ucapan pengulang pada percakapan ketiga pada transkrip rekaman 2. Si anak mengulang kaliamt tersebut dengan maksud untuk memperjelas bahasa yang dikeluarkan dari mulut si anak, karena si anak merasa kalimat yang dikeluarkannya dengan tipe kalimat tanya tersebut tidak sepenuhnya jawaban dari pertanyaannya dijawab oleh O2 yang berstatus sebagai orang tua (bapak).
• Lesikon
Pemeolehan bahasa anak di tinjau dari pendekatan Leksikon atau kosakata. Ada cara yang umumnya diikuti anak dalam mengembangkan leksikonnya. Salah satunya adalah elaborasi makna. Pada mulanya anak memaki kata yang memiliki tingkat generalitas dasar yakni suatu kata yang di satu pihak tidak terlalu tinggi, tetapi tidak juga terlalu rendah atau khusus dalam tangga abstraknya (Soenjono, Unika; 1986: 255-256). Kaitannya dengan pendapat diatas adalah pada bentuk (kalimat 4) yaitu pada kata ”Ais”. ”Ais” merupakan subjek dari (kalimat 4), dan pada (kalimat 4) tersebut merupakan bahasa yang dikeluarkan dari O1 (anak) atau Naily, jadi yang seharusnya subjek dari (kalimat 4) tersebut adalah Naily. Misalnya:
• Ais pegang semuanya pak, Panas gak?
• Naily pegang semuanya pak, panas gak?
Ketika diteliti ternyata nama panjang anak tersebut adalah Naily utammima mafazah. Ternyata tidak ada kaitanya antara nama anak tersebut dengan nama pada subjek (transkrip kalimat 4). Kalimat tersebut ternyata benar kata ”ais” mewakili dari nama O1. Dari Informasi yang didapat ternyata anak tersebut memaknai kata ”Ais” itu adalah ”saya” atau ”aku”, seperti yang diungkapkan soenjono bahwa salah satu cara anak dalam mengembangkan leksikonya adalah elaborasi makna adapun yang dimaksud adalah kemampuan menggeneralisasikan sesuatu, adapun yang menjadi elaborasi pada (kalimat 4) adalah pada kata ”ais” yang dimaknai sebagai ”saya” atau ”aku”. Si anak memperoleh bahasa tersebut dari kakaknya yang bernama faris dan seringkali si anak memanggil kakaknya dengan panggilan Ais, karena ketika pada waktu berbicara si kakak ingin menyesuaikan diri pada si anak tersebut dan si kakak sering menggunakan kata ”ais” sebagai subjek kalimat ketika berbicara pada si anak.
Misalnya:
• Faris : Ais udah makan? ( berbicara pada si anak)
Kaliamt tersebut sengaja di tujukan ke si anak, sehingga secara sepontanitas anak tersebut memaknai kata ”ais” itu adalah ”saya” atau ”aku”.

B. Pendekatan Makro linguistik
Mengkaji melalui sudut pandang pendekatan mikro berbeda dengan pengkajian melalui sudut pandang pendekatan makro. Ketika berbicara cabang linguistik makro identik dengan kata sosiolinguistik dan psikolingistik, karena kedua cabang linguistik ini fakror eksternal dalam pemerolehan bahasa. Adapun sosiolingistik adalah suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang sosial dalam berbahasa, baik itu pemerolehanya ataupun dari segi produktifitas dalam berbahasa. Sedangkan psikolingistik adalah suatu cabang lingistik yang mengkaji dari sudut pandang kejiwaan atau emosional dalam berbahasa.
• Sosiolinguistik
Dari transkrip rekaman 1, 2 dan 3 menunjukan bahwa anak tersebut mendapatkan pemerolehan bahasa dari lingkungan yang komunitas berasal dari daerah jawa, sehingga banyaknya kata yang mengandung struktur ataupun kata-kata dalam bahasa jawa, seperti pada kalimat:
(transkrip rekaman 1)
5. Pak baru ngapain to?

(Transkrip rekaman 3)
6. Ma,..mi,.....ma,....... maem dulu ya, la,...la,..la,...lagi ke tempatnya mbak ida ya. Ke tempatnya mbak idanya piye?
7. Mintanya piye?
8. Bu,..bu,...habis itu ke tempatnya mbak ida. Bu,..bu,..bu,.. bu..ais minta jajanan kopikonya ya..?
Transkrip rekaman 1 pada kalimat 5 merupakan kalimat yang strukturnya terinterfensi dari bahasa jawa. Sedangkan transkrip rekaman 3 pada kalimat 6 dan 7 merupakan interfensi kata dalam bahasa jawa yaitu pada kata ”maem ” => makan (dalam tingkatan bahasa jawa yang halus), ”piye” => bagaimana (bahasa jawa dalam tingkatan pergaulan atau ngoko). Pada pendekatan sosiolinguistik juga dikulas tentang pengaruh lingkungan terhadap pemerolehan bahasa pada si anak, seperti pada poin pembahasan pertama adalah peran aktif orang tua, fasilitas-fasilitas pendukung dalam pemerolehan bahasa anak dan orang-orang terdekat si anak yang dimana dapat mempengaruhi bahasa-bahasa yang diperoleh si anak.
Pada pembahasan yang mengkaji lewat pendekatan morfologi ada beberapa hal yang belum terjawab yaitu tentang penggunaan kata tidak utuh atau kata yang mengalami pelesapan yaitu pada kalimat no 1 dan 2, pada kata ”ngapain” dan kata ”gak” ketika melihat kata tersebut dapat disimpulakn bahwa anak tersebut memperoleh bahasa secara mentah dari orang-orang yang berada di sekelilingnya, maksudnya mentah adalah dalam menerima dan memaknai bahasa yang diperoleh dari orang-orang di sekelilingnya. Walaupun sebenarnya dalam tahap-tahap umur seperti itu anak belum mengerti pemakaian bahasa secara sepesifik.
Tidak jarang orang-orang dewasa juga masih banyak yang kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Sehingga mengakibatkan kesalahan dalam berbahasa. Dalam hal ini faktor lingkunganlah harus lebih terkontor dalam pemerolehan bahasa anak, yang melalui peran aktif dan berkesinambungan dalam partisipasi untuk menuju pemerolehan bahasa yang baik utnuk si anak.

• Psikolinguistik
Seperti pada pembahasan awal tentang psikolinguistik, psikolinguistik merupakan cabang linguistik yang lebih menekankan dalam segi psikologi dalam berbahasa. transkrip rekaman no.3 pada kaliamt 6 dan kalimat 8 dapat disimpulkan bahwa si anak belum bisa mengontrol emosinya dalam berbicara, sehingga suatu hal yang fatal adalah terjadinya cacat dalam berbicara atau gagap.
• Ma,..mi,.....ma,....... maem dulu ya, la,...la,..la,...lagi ke tempatnya mbak ida ya. Ke tempatnya mbak idanya piye?
• Bu,..bu,...habis itu ke tempatnya mbak ida. Bu,..bu,..bu,.. bu..ais minta jajanan kopikonya ya..?
Pada saat itu si anak sedang bertanya kepada ibunya mengenai cara bertransaksi jual beli walaupun dalam hal ini sudah di transformasikan kebahasa si anak tersebut. Pada kata ”Ma,..mi,...ma,....” ketika itu si anak bermaksud untuk memanggil ibunya denagn sebutan ”Ummie” akan tetapi karena si anak belum bisa mengontrol emosi ketika berbicara sehingga bahasa yang dikeluarkan tersendat-sendat. Dan pada kata ”la,..la,..la,..lagi” yang dimaksudkan si anak tersebut mengucapkan kata ”lagi” dan pada kata ”bu,..bu,...” yanb berarti ibu sama hal seperti pada kata ”lagi” dan ”ummie” kata tersebut mengalami cacat calam berbahasa.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa pada anak sehingga peran aktif lingkungan yang positif dalam berbahasa akan membawa dampak positif pula pada bahasa si anak. Setelah ditinjau dari beberapa cabang linguistik yang meliputi mikro linguistik dan makro linguistik bahwa bahasa anak pada umur 3 tahun yang berfokus pada Naily adalah pengontrolan atau partisipasi ornag tua dan orang-orang yang sering berinteraksi pada si anak harus lebih di perhatikan karena perkembangan bahasa pada anak dapat ditentukan oleh lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

• Soenjono, Unika. 2000. ECHA Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.
• Tarigan, Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

LAMPIRAN

Transkrip rekaman 1
O1 : Pak baru ngapain to?
O2 : Bapak baru ngapain to ini?
O1 : Pak panas gak ini pak?
O2 :Tak Coba dulu ya?

Transkrip rekaman 2
O1 : Pak panas gak yang ini pak?
O2 : Ya kalau belum ditancapkan belum panas.
O1 : Ais pegang semuanya pak, Panas gak?
O2 : Kalau belum di tancepin listrik ya nggak apa-apa, hena nanti kamu jangan dipegang lo ya,..ya,........
O1 : Pak Yang panas yang mana pak, yang ini, Ais nyoba!
O2 : Udah-udah

Keterangan:
• Identitas O1:
Nama : Naily utammima mafazah
Umur : 3 Tahun (-2 bulan)
Status : Anak
• Identitas O2:
Nama : Syukur
Umur : 44 Tahun
Status: Orang tua (Bapak)

Trankrip rekaman 3
O1 : Ma,..mi,.....ma,....... maem dulu ya, la,...la,..la,...lagi ke tempatnya mbak ida ya. Ke tempatnya mbak idanya piye?
O2: he,..eh
O1 :Bu,..bu,...habis itu ke tempatnya mbak ida. Bu,..bu,..bu,.. bu..ais minta jajanan kopikonya ya..?
O2: Oya he,.eh,......
O1: Lalu Mintanya kopiko nya gimana?
O2: Minta sama bude tohanya no?
O1: Mintanya piye?
O2: Bude minta permennya bude..
O1: Bukan pelmen tapi kopiko
O2:Ya pelmen juga kan kopiko. ya,... Kopiko kan juga permen, ais lupa ya.
O2: Bisa ngak bukanya,..?
O1: Bisa.
O2 : Tak tinju mau ndak.
O2 : Ni lo ir ada apa ne ir,..
O3 : he,..eh,..
O1: Bu endak ada apa-apa no bu!
O2: Nggak ada apa-apa.

Keterangan :
• Identitas O1:
Nama : Naily utammima mafazah
Umur : 3 Tahun (-2 bulan)
Status : Anak
• Identitas O2:
Nama : Nurul hidayati
Umur : 42 Tahun
Status: Orang tua (Ibu)
• Identitas O3
Nama: Irfad Taufiqurobbi
Umur: 20 Tahun
Status: Peneliti

Tidak ada komentar: