Sabtu, 28 Maret 2009

analisis semiotika pada puisi berjudul gelas karya kuntowijoyo

BAB I

A. Latar Belakang
Puisi adalah karya sastra yang kompleks pada setiap lariknya mempunyai makna yang dapat ditafsirkan secara denotatif atau pun konotatif. Puisi merupakan suatu karya sastra yang Insfiratif yang mewakili makna yang tersirat dari ungkapan batin seorang penyair sehingga setiap kata atau kalimat tersebut secara tidak langsung mempunyai makna yang abstrak sehingga memberikan Imaji terhadap pembaca. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat membentuk suatu bayangan khayalan bagi pembaca, sehingga memberikan makna yang sangat kompleks. Pada puisi ”gelas” merupakan bentuk Inspirasi dari pengarang yang menceritakan tentang Idealis empirik pengarang. Dari puisi terkadang sering kita rasakan di dalam realitanya, Penyair ”Aku” mendeskripsikan sebuah kenyatan dalam kehidupan manusia, yang mana tertuju pada manusia yang hidup pesimis, memikirkan jauh kedepan yang memndang dengan suatu ketidak brdayaan atau kemampuanya dalam melangkah yang tidak lain hanyalah suatu sikap hidup pesimis, seperti dalam puisi tersebut pengarang hendak menyindir orang-orang yang berperilaku pesimis sehingga ketika itu pada puisi ”Gelas” pada bait pertama pengarang seolah bercerita tentang dirinya yang hendak melakuakn sesuatu akan tetapi sebelum ”aku” melakukan perkerjaan itu, ”aku” sudah membayangkan akan ketidak berhasilannya dalam mengerjakan pekerjaan itu, sehingga menggambarkan keputusasaan, akan tetapi pada bait ke dua dijelaskan bahwa apa yang ”aku” bayangkan tidak sepenuhnya terjadi, bahkan seolah apa yang dipikirkan bertolak belakang dari kenyataanya dan akhirnya ”aku” pun malu terhadap apa yang ia pikirkan atau apa yang dibayangkanya.

B. Landasan Teori
• Sastra sebagai saksi kemanusiaan 1
Keterlibatan seorang penulis terletak dalam kesaksian yang ia berikan atas kemanusiaan. Kesaksian ini telah diungkap secara positf dan negatif, tidak dalam kebisingan Ideologis (complete silence). Panggilan sastra adalah menciptakan kebisuan mutlak ini – kebisuan seseorang yang tahu persisi apa yang dipilih. Oleh karena itu kebisuan tidak sama dengan bungkam atau tak bersuara, kebisuan tidak berarti tidak berbuat apa-apa; sastra menunjukan bahwa kebisuan itu “having an exsistence” sejauh orang melampaui bahasa dan gaya yang tidak lain adalah milik masyarakat (Sunardi. Semiotika Negativa, 13-14 )
Puisi merupakan suatu karya sastra yang kompleks yang mengandung suatu pesan yang disampaikan oleh penyair berdasarkan cerminan realita.

BAB II

• Analisis pendekatan Semiotik
Puisi yang berjudul ”Gelas” seluruh lariknya ditulis dengan bentuk bait, puisi tersebut terdiri dari 2 bait, pada bait pertama terdapat sembilan larik dan bait kedua terdapat lima larik. Pada puisi ini susunan bentuk tampilan fisik atau ketikan pada puisi tersebut di keseluruhan lariknya membentuk sebuah bayangan gelas, hal ini dapat dilihat pada setiap ujung larik pada puisi tersebut dibuat seolah tidak rata, sehingga performance atau tampilan fisik dari puisi tersebut membentuk bayangan gelas. Dan pada dasarnya dalam puisi ini antara larik dengan kalimat didalam puisinya sengaja tidak disusun sama atau kalimat dalam puisi tersebut tidak di bangun membentuk larik, karena hal ini dimungkinkan agar bangunan pada tanpilan fisik tersebut dibuat menyerupai icon bayangan sebuah gelas. Adapun pada puisi ini pada bait pertama merupakan sebuah ungkapan hati ”aku” dengan cara bercerita. Lain halnya dengan bait pertama, pada bait kedua dalam puisi tersebut terdapat sebuah dialog percakapan antara ”aku” dan gadis penjaga dan gadis penjaga pun merespondnya dengan sebuah tindakan yaitu mencium bekas gelas ”aku” atau pada kutipan ” Meninggalkan gelas, lalu gadis penjaga mencium bekas gelas ku?”
Di dalam puisi yang berjudul ”gelas” pengarang hendak menceritakan sesuatu dengan mengilustraasikan apa yang ada didalam pikiranya kedalam puisi tersebut yang mengandung sebuah pesan moral bagi para pembaca. Gambarn-gambaran yang ”aku” ilustarsikan sebnarnya itu hanyalah sebuah bayangan harapan dari keinginan si pengarang. Dengan kecermatan dan ketelitian yang ”aku” lakukan untuk mencapai keinginanya akan tetapi semua itu kosong atau sia-sia karena setiap usaha yang ia lakukan selalu tidak membuahkan sebuah keberhasilan dari keinginanya. adapun dalam puisi tersebut keinginannya untuk menghapus sebuah bekas bibir yang terdapat pada gelas tersebut ”Kuhapus dengan jari pelan-pelan sebagai meraba yang halus, takut ia terkejut.” dan ”Pelan-pelan ku dekatkan ke bibirku”, ”Aneh! Gelas itu selalu menghilang”. Akan tetapi, itu semua hanyalah sebuah perkiraan atau bayangan dari keinginan ”aku”, dan itu semua sungguh diluar bayangan ”aku” karena apa yang ”aku” pikirkan tidak sesuai dengan kenyatanya bahakan dia memperoleh sesuatu yang sangat berharga dari apa yang ”aku” pikirkan.
Isotopi adalah suatu bagian dalam pemaknaan yang menunjukan sebuah pesan adapun untuk dipahami sebagai suatu perlambangan yang utuh. adapun didalam puisi ini terdapat berbagai macam isotopi yakni Isotopi Alam, Isotopi Manusia, Isotopi Perasaan , Isotopi waktu, Isotopi Penghubung, Isotopi Tempat.
Isotopi Alam : Bayangan-bayangan.
Isotopi Manusia : Kukerjakan, mengumpulkan, mengenangkan, bibir lembut, menyentuh, kuhapus, jari pelan-pelan, meraba yang halus, Ia terkejut, jari-jariku, kudekatkan, meninggalkan, Gadis penjaga, mencium, aku, malu, pikiran ini, hatiku.
Isotopi Perasaan : Meraba yang halus, terkejut.
Isotopi waktu : Kembali, selalu, kapan, lalu.
Isotopi Penghubung :Yang, sambil, bahwa, dengan, sebagai, terlalu, selalu, dan,
sesungguhnya, tetapi, biarlah, sebenarnya.
Isotopi Tempat : Gelas, tepinya, kacanya, duduk, dimejanya, bekas gelas.


Lampiran:

Gelas

Kuntowijoyo

Inilah yang kukerjakan. mengumpulkan gelas
kembali. Sambil mengenangkan bahwa bibir
lembut telah menyentuh tepinya. Kuhapus dengan
jari pelan-pelan sebagai meraba yang halus,
takut ia terkejut. Ah, jari-jari ku terlalu
kasar rasanya. Pelan-pelan ku dekatkan ke
bibir ku. Aneh! Gelas itu selalu menghilang.
Kacanya melunak dan mengambur bersama bayang-
bayang. Ia selalu menolakku.

Kapankan kau perkenankan aku duduk di meja.
Meninggalkan gelas lalu gadis penjaga mencium
bekas gelas ku? Aku malu dengan pikiran ini
sesungguhnya, tetapi biarlah sebenarnya
hati ku tak sejelek ini. Engkau tahu, pasti.

Simpulan

Puisi ”Gelas” karya Kuntowijoyo termasuk jenis puisi Elgi, dimana puisi tersebut menceritakan tentang dirinya sekaligus menyimpan pesan yang hendak disampaikan pada pembaca lewat puisinya tersebut. Dalam Analisis puisi ini sengaja saya mengkaji dengan analisis pendekatan Semiotika, karena dalam hal ini pendekatan semiotika dinilai absolut dalam memahami sistem tanda. semiotika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang tanda sehingga dalam analisis puisi tersebut hanya merupakan penjabaran yang ditafsirkan melalui pendekatan semiotika.



Daftar pustka

Sunardi. 2002. Semiotika Nafigatif. Yogyakarta: Kanal, tukangan DN II.

Tidak ada komentar: