Kamis, 05 Maret 2009

cerpen cinta

kasrisma rembulan " kisah cinta di kapal bukit raya"


Ketika itu berawal dari sebuah ”Kapal Motor Bukit Raya” seorang pemuda yang sekian lama menanti sosok bidadari yang telah diimpikannya duduk di sebuah tangga kecil yang berwarna putih yang bercampur debu dan kringat dengan terpaan angin laut yang seakan merobohkan pilar-pilar tangga putih tua. Sendiri duduk dengan tatapan yang berisi dan penuh makna kearah laut lepas dan luas dengan pancaran sinar mentari yang hampir merebahkan sebagian tubuhnya keperaduan, sepontan isyarat hati pun bersenadung lirih akan kebesaran nikmat Allah yang maha dasyat, Senandung doa terus terpancar dari sinar mata pemuda yang memiliki nama BAB’s. Seiring berjalanya waktu tanpa terasa di sudut senja yang tipis terdengar alunan suara lembut yang berirama merdu dengan syair puji-puijan yang mengantarkan kearah sebuah ruangan yang menjadi tempat umat islam berserah diri kepada-NYA. Pemuda itu pun berbalik dan melangkahkan kakinya ke arah musolah yang jaraknya tidak jauh dari tangga tempat melancarkan kata-kata manis akan kebesaran-NYA, ketika langkah kaki terhenti di sebuah pintu kecil musolah tersebut, ternyata tempat itu pun sudah dipenuhi oleh orang-orang yang ingin berserah diri dan memohon ampunan dari kepada-NYA. Tatapan mata pemuda itu masih ke arah sebuah pintu musolah dengan penantian dan harapan, sesaat itu tiba-tiba ada suara lembut yang mengisyaratkan agar pemuda tersebut menghampiri asal suara itu. Pemuda itu pun menghampiri suara asal yang memanggil dirinya, ternyata suara itu berasal dari ruangan atas, adapun asal suara tersebut dimiliki oleh seorang wanita yang dulunya teman satu kelas pemuda itu ketika di SMA. Sesampainya di sana terbesit tanda tanya dan perasaan yang sulit diilustrasikan dengan kata-kata, ketika itu angin malam semakin menggetarkan pilar-pilar botol-botol kosong yang berada di meja besi yang terinfeksi oleh senyawa-senyawa yang membuat sebuah luka pada kaki meja tersebut. Terlihat sesosok cinderela duduk di antara dua orang kurcaci sedang memainkan sebuah telpon genggam seakan memberikan isyarat hati yang penuh warna ketika pemuda itu melayangkan sebuah tatapan penuh makna kepada dirinya. Kisah cinta pemuda itu pun berawal dari sebuah tatapan-tatapan manis namun membawa suratan yang indah.
Peristiwa di kapal motor itu menjadi langkah awal perjalanan kisah cinta pemuda tersebut. Waktu pun menunjukan pukul 20.00 para penumpang kapal motor pun yang bertujuan ke jakarta dan ada beberapa penumpang yang akan melanjutkan kebebrapa daerah lainnya telah disibukan dengan aktifitas yang seirama dengan suasana malam yang dingin dan sepi yaitu mempersiapkan tubuh mereka untuk melewati hari esok yang penuh dengan tantangan. Tepatnya di sebuah ruangan atau ”dek” sebutan untuk ruangan pada kapal, terlihat segerombolan pemuda dan pemudi yang sedang asik bermain kartu, dengan suasana yang penuh kegembiraan dan warna, terlihat sosok cinderela kecil sedang duduk menjadi bagian dari gerombolan itu. Kegembiraanlah yang dapat terlukiskan dari sebuah dek itu. Namun suasana yang penuh keramaian dan kegembiraan tidak menjadikan pemuda tersebut larut dalam keramaian dan kebahagiaan yang terpancar dari gerombolan itu, hanya senandung musik klasik dan reff yang melarutkan keindahan dan kepuasan yang bermakna. Namun daya tarik sebuah magnet yang ditimbulkan dari sesosok cinderela kecil itulah yang membuat pemuda itu ikut menjadi bagian dari gerombolan itu, canda tawa bercampur kegembiraan ketika pemuda tersebut tersadar memegang tangan wanita tersebut, hanya kebahgianlah yang terlukis dari raut wajah keduanya.
Pagi pun datang dan mentari pun dengan angkuhnya tersenyum menatap dunia, ketika itu terdengarlah suara yang tidak asing lagi dari setiap sudut-sudut ruangan yang memberikan informasi bahwa kapal akan segera berlabuh di sebuah pelabuhan. Terbesit kesedihan terpancara dari raut wajah pemuda tersebut dan berharap akan kesempatan kedua yang sangat istimewa dari kesempatan pertama yaitu bertemu sang cinderela kecil dan memandang wajahnya yang rupawan. Sebelum berpisah dengan gadis impianya, sang pemuda itu pun mencoba untuk menanyakan alamat wanita tersebut dengan harapan alamat tersebut merupakan modal awal dalam meningkatkan sebuah mimpinya.
Perpisahan itu membawa sebuah suratan hidup yang bermakna, signal-signal cinta yang bersatu dengan angin hingga berlanjut pada penantian kedua bertemu cinderela kecil di suatu hari penuh kebahgiaan.

Tidak ada komentar: