Selasa, 07 Juli 2009

ANALISIS STILISTIKA BERDASARKAN UNSUR-UNSURNYA SERTA MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM LAGU LASKAR PELANGI YANG DIPOPULERKAN GRUP BAND NIDJI

ANALISIS STILISTIKA BERDASARKAN UNSUR-UNSURNYA SERTA MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM LAGU YANG BERJUDUL LASKAR PELANGI YANG DIPOPULERKAN GRUP BAND NIDJI: DIKSI, BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang


Stilistika merupakan studi linguistik yang mengkaji tentang aspek ‘gaya’ atau style di dalam karya sastra dengan menggunakan medium bahasa sebagai media telaahnya. Stilistika secara umum mengkaji aspek bidang sastra berdasarkan medium bahasa dengan mengeksplorasi dan memanipulasi bahasa tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. Mengeksplorasi dan memanipulasi bahasa maksudnya adalah kemampuan sastrawan dalam menggunakan dan memanfaatkan bahasa dengan maksud membalikan suatu bahasa yang ada, dengan tidak mematuhi kaidah berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika. Menurut Leech & Short (1984:13) stilistika adalah studi tentang wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra (Ali Imron, 2008: 4). Di dalam karya sastra unsur estetik sangat di butuhkan karena salah satu bahasa di dalam karya sastra lebih bersifat bahasa puitis, tetapi ada beberapa pendapat ahli yang tidak sependapat mengenai hal itu, Seperti pendapat Jan Mukarovsky dan Rene Wellek (dalam Soediro Satoto,1995: 93) bahwa bahasa puisi itu tidak ada; artinya tidak ada bentuk linguistik khusus, yang otonom dimiliki oleh bahasa puisi. keberadaan bahasa puisi tersebut ditentukan oleh masyarakat.
Berdasarkan unsur-unsur telaahnya atau bidang kajianya, unsur stilistika meliputi: pemilihan kata (diksi), kalimat, penggunaan bahasa figuratif, dan masih banyak lainya. Hal ini ditegaskan lagi oleh Abrams (1981:193) bahwa fitur stilistika adalah fonologi, sintaksis, leksikal, dan retorika yang meliputi karakterisitik penggunaan bahasan figuratif , pencitraan dan sebagainya. Dan menurut Gorys Kraf (1991: 112) bahwa gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan, yakni pilihan kata (diksi), frasa, klausa, dan kalimat serta wacana bahkan, nada yang tersirat di balik wacana termasuk masalah gaya bahasa (Ali Imron, 2008: 9).
Lagu merupakan berbagai irama yang meliputi suatu instrumen dan bernyanyi (Zainal Arifin, 2008: 401). Setiap lagu memiliki karakteristik dan kekhasan yang dapat mengungkapkan segala gejala fenomena berdasarkan manifestasi seorang pencipta lagu. Lirik lagu meyerupai puisi bahkan puisi merupakan cikal bakal lagu, apabila puisi tersebut diberikan sejumlah nada atau berupa instrumen irama.
Lirik lagu merupakan suatu gaya manifestasi dari pencipta karena melihat ketidak singkornannya antara fenomena yang terjadi terhadap konsepsi pencipta, atau merupakan suatu daya imajinasi dan kepekaan pencipta terhadap hal-hal yang terjadi di seklilingnya. Setiap lirik lagu mengandung maksud atau pesan yang akan disampaikan. Pesan yang disampaikan biasanya, tidak secara eksplisit dituangkan lewat lagu tersebut akan tetapi lebih secara implisit, walaupun ada di antara lirik lagu yang tertuang secara eksplisit.
Menelaah lirik lagu dengan mengkaitkan kajian telaahnya berdasarkan berbagai unsur-unsur stilistika adalah sangatlah menarik. Kemenarikan tersebut berangkat dari ketidaktahuan dalam memaknai lagu tersebut secara implisit. Dari hal tersebut, kita dapat melihat bagaimana konsep konstruksi awal di dalam sebuah lagu lewat unsur-unsur stilistika berupa diksi, klaimat, bahasa figuratif dan pencitraan sehingga dapat menemukan makna dan pesan yang terkandung di dalam lagu tersebut. Lagu yang berjudul “Laskar Pelangi” yang dipopulerkan oleh grup band Nidji merupakan lagu sound track dari film Laskar Pelangi. Film tersebut diangkat dari sebuah novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Dalam hal ini, sudut pandang Nidji sebagai pencipta lagu adalah dengan memposisikan dirinya sebagai grup band yang mampu menciptakan atau membangun suasana berdasarkan cerita yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi. Sehingga dalam pemakaian bahasa Nidji bukan memposisikan dirinya sebagai pencipta lagu berdasarkan latar belakang cerita yang berangkat dari pengalaman pribadinya, tetapi memposisikan dirinya sebagai pencipta lagu yang memberikan konstribusi lagunya lewat cerita yang terdapat di dalam novel tersebut. Kemenarikan tersebut juga dapat di lihat dari pengkolaborasian style bahasa antara novelis Andrea Hirata dengan style bahasa dari grup band Nidji sendiri di dalam lagu yang berjudul “Laskar Pelangi’.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh gaya atau style bahasa Andrea Hirata terhadap gaya atau style bahasa dari grup band Nidji pada lagu “Laskar Pelangi”?
2. Bagaiamana impelementasi dari unsur-unsur stilistika berupa diksi, bahasa figuratif, dan citraan pada lagu “Laskar Pelangi”?
3. Apa pesan atau gagasan yang tersirat di dalam lagu yang berjudul “Laskar Pelangi”?


C. Tujuan

1. Mendeskripsikan pengaruh gaya atau style bahasa Andrea Hirata terhadap gaya atau style bahasa dari grup band Nidji pada lagu “Laskar Pelangi”?
2. Mendeskripsikan penerapan dari unsur-unsur stilistika berupa diksi, bahasa figuratif, dan citraan pada lagu “Laskar Pelangi”?
3. Mendeskripsikan pesan, gagasan dan makna yang terkandung di dalam lagu yang berjudul “Laskar Pelangi”.


HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Gaya atau Style Bahasa Andrea Hirata dengan Gaya atau Style Bahasa Grup Band Nidji dalam Lagu Laskar Pelangi

Setiap sastrawan memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengekspresikan karya sastranya. Kemampuan yang berbeda tersebut memunculkan atau menghasilkan suatu ciri yang khas di dalam karya sastranya. Keterbedaan itu di sebabkan oleh sejumlah faktor yang di antara lain meliputi; latar belakang, ideologi, dan lingkungan sosial sastrawan. seperti yang diungkapkan Gorys Keraf (1991:113 dalam Ali Imron, 2008: 2) bahwa gaya bahasa merupakan cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang. Serta gaya bahasa dalam karya sastra berhubungan erat dengan ideologi dan latar belakang sosiokultural. Terkait hal tersebut, lagu yang berjudul “Laskar Pelangi” yang dipopulerkan oleh Nidji merupakan lagu yang berkonstruksi dari film “Laskar Pelangi” yang diangkat dari Novel “Laskar Pelangi”, sehingga latar belakang, ideologi, dan sosiokultur pengarang selaku pencipta lagu sedikit mempengaruhi akan pengekspresian pada lagu tersebut. Dapat dikatakan sedikit karena Nidji selaku pencipta lagu “Laskar Pelangi”, hanya memberikan konstribusi berupa lagu untuk film “Laskar Pelangi” tersebut. Konsep awal dalam pembuatan lagu tersebut semuanya mengacu pada Novel “Laskar Pelangi”. Yang menarik dalam hal ini adalah pengkolaborasian antara gaya atau style bahasa dari Andrea Hirata selaku pengarang novel “Laskar Pelangi” dengan grup band Nidji. Grup band Nidji hanya mengadaptasikan gaya bahasa Andrea Hirata dari novelnya ke dalam sebuah lagu. Misalnya pada baris 1 pada diksi mimpi adalah kunci dan Laskar Pelangi tak akan terikat waktu pada baris ke-5. Adapun pada kedua kata tersebut yaitu ‘mimpi’ dan ‘laskar pelangi’merupakan kata kunci dari lagu tersebut. Pengaruh gaya bahasa Nidji dalam mengekspresikan lagu tersebut sedikit, karena grup band Nidji ketika meciptakan lagu tersebut sudah terkontaminasi oleh gaya bahasa Andrea Hirata dalam Novelnya, sehingga diksi dalam lagu tersebut tidak lain karena pengaruh gaya atau style bahasa dari Andrea Hirata. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa style atau gaya bahasa pengarang dipengaruhi oleh latar belakang, ideologi dan sosiokultural. Adapun di lihat dari latar belakangnya, Andrea Hirata dibesarkan di lingkungan yang kurang mapu, jika di lihat dari status ekonominya dan lingkungan yang menjadi tempat tinggal Andrea Semasa kecil yang masyarakatnya mempunyai pendidikan yang minim. Tetapi di dalam kekurangan tersebut Andrea Hirata atau yang menamai dirinya sebagai Ikal di dalam cerita novelnya, mampu memicu dirinya untuk bangkit dari kekurangannya dan menggapai mimpi-mimpinya, hingga di dalam bidang pendidikan akademik Andrea Hirata mendapatkan predikat yang baik yaitu cumlaude dan mendapatkan beasiswa Uni Eropa serta mampu meningkatkan status ekonominya dan mampu mematahkan perspsi orang-orang tentang kekurangannya dengan keoptimisan. Andrea Hirata dalam novelnya, menceritakan pengalaman pribadi masa kecinya yang suka bermimpi, hingga sekarang dengan mewujudkan mimpi-mimpinya termasuk mimpinya sekolah di Universits di Paris dan menceritakan 10 anak kampung yang mendapat julukan dari gurunya sebagai laskar pelangi, yang mampu bersaing secara seportif dan dinamis melawan kekurangan dan orang-orang yang pernah meremehkan mereka. Pada lagu “Laskar Pelangi”, grup band Nidji juga menyoroti tentang keoptimisan dan suatu keinginan besar yang dimiliki oleh kesepuluh anak kampung tersebut dalam lagunya, yang di lambangkan dengan kata ‘mimpi’ seperti bait 1 baris 1 pada nomor 1; bait 2 baris 2 pada nomor 2; dan bait 5 baris 3 pada nomor 3 di bawah ini:

1. Mimpi adalah kunci
2. Bebaskan mimpimu di angkasa
3. Jutaan mimpi di bumi

Ketiga penggalan syair dari lagu tersebut pada kata ‘mimpi’ merupakan contoh pengadaptasian gaya atau style bahasa yang digunakan grup band Nidji dalam pemilihan diksi yang tepat berdasarkan cerita yang terdapat di dalam novel tersebut. Kata ‘mimpi’ dipilih oleh grup band Nidji di dalam syair lagunya, karena kata ‘mimpi’ merupakan style atau gaya bahasa serapan Andrea di dalam novelnya. Secara runtut kelanjutan pada novel Andrea Hirata yang ke-2 yang berjudul “Sang Pemimpi” merupakan kelanjutan novel Andrea Hirata yang pertama yaitu “Laskar Pelangi”. Sehingga pemilihan kata yang tepat dan cermat dalam syair tersebut adalah kata ‘mimpi’ selain kata ‘mimpi’ juga mengartikan sebagai suatu bentuk keinginan sesorang dalam memiliki sesuatu atau lebih tepatnya di dalam bercita-cita, kata ‘mimpi’ juga ditemukan sebagai judul novel ke-2 Andrea Hirata yang berjudul “Sang Pemimpi”.


B. Telaah Lagu Laskar Pelangi Berdasarkan Unsur-unsur Stilistika yang Dipandang dari Sudut Pandang Latar Belakang, Tujuan, Fungsinya
Seperti yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan, stilistka mempunyai beberapa unsur dalam bidang kajianya seperti diksi, kalimat, bahasa figuratif atau gaya bahasa, dan pencitraan.

1. Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat dan cermat dalam mengungkapkan gagasan-gagasan yang terdapat di dalam karya sastra. Dikis biasnya disesuaikan dengan kepaduan bunyi, irama dan rima terhadap kata yang sebelum ataupun setelah kata yang dipilih, serta mempunyai kesingkronan terhadap makna yang ingin diungkapkan sastrawan di dalam karya sastranya. Setiap sastrawan mempunyai diksi yang berbeda-beda, dalam arti lain kemampunan memilih kata-kata di dalam karya sastra setiap sastrawan, tidakalah sama. Ketidaksamaan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang, ideologi, sosiokultural. Seperti yang diutarakan Scott dan Alternbernd (dalam Ali Imron, 2008: 22), diksi berarti pemilihan dan penyusunan kata-kata dalam tuturan ataupun tulisan. Pada dasarnya sastrawan ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya secara padat dan intens dalam memilih kata-kata yang dapat menjelmah pengalaman jiwa setepat-tepatnya. Untuk mendapatkan kepadatan dan intesitasnya serta selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka sastrawan memilih kata-kata dengan secermat-cermatnya. Dalam pemakaian diksi pada lagu Laskar Pelangi, Grup band Nidji memiliki suatu kepaduan style atau gaya bahasa dengan Andrea Hirata pada lagu “Laskar Pelangi”. Kesamaan gaya atau style bahasa tersebutlah memperoleh suatu kesingkronan. seperti pada kata ‘mimpi’ dan ‘laskar pelangi’, yang sekaligus merupakan kata kunci dari lagu tersbut. Manifestasi seseorang terhadap karya sastra tidaklah dapat disamakan. Hal yang serupa dengan grup band Nidji, yang mewujudkan manifestasi mereka lewat lagu. itulah yang menyebabkan kemunculan keterbedaan penafsiran di dalam setiap sastra. Karena setiap orang mempunyai kemampuan imagy atau kemampuan dalam berfantasi yang berbeda dalam merespon karya sastra. Grup band Nidji menafsirkan novel Andrea Hirata dan menuangkan kembali gagasan-gagasan mereka ke dalam sebuah lagu “Laskar Pelangi”, sehingga menurut sudut pandang grup band Nidji dalam lagunya adalah mengisyaratkan sebuah keinginan, semangat dan keyakinan 10 anak Belitong atau yang dikenal dengan sebutan laskar pelangi di dalam menjalani hidupnya. Pada bait 1 baris 1 dan 2 di nomor 4; pada bait 2 baris 1 dan 2 di nomor 5; dan bait 5 baris 1, 2 dan 3 di nomor 6 di bawah ini merupakan penggalan dari lirik lagu laskar pelangi yang dinilai, ada beberapa diksi yang menurut peneliti sendiri merupakan kata kunci dari lagu tersebut yaitu pada kata ‘mimpi’ dan ‘laskar pelangi’ yang pada kata tersbut, diberi cetak miring dan tebal.

1. Mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia

2. laskar pelangi takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa

3. laskar pelangi takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi

Seperti yang telah diungkapkan pada pembahasa sebelumnya kata ‘mimpi’ selain menjadi perwakilan dari makna yang melambangkan sebuah keinginan dan cita-cita, pada kata mimpi merupakan penyelarasan dari kata-kata yang diserap dari judul novel Andrea Hirata yang ke-2 yang merupakan novel kelanjutan dari novel Andrea Hirata yang pertama yaitu “Laskar Pelangi”.

2. Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif atau yang lebih dikenal dengan gaya bahasa merupakan bentuk pemilihan tanda-tanda kebahasaan yang secara hirarki baik itu kata, frasa, Klausa, kalimat bahkan wacana sekalipun, yang ditujukan untuk memberikan suatu efek estetik di dalam karya sastra. Baik itu dari segi kepaduan bunyi, maupun dari ungkapan atau gagasan yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Seperti ditegaskan oleh Soediro Satoto (1995:126) bahwa gaya bahasa (Style of language) sebenarnya merupakan bagian dari pilihan kata atau diksi (Diction) yang mempersoalkan cocok-tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu.
Bahasa figuratif menurut Scott (1980: 107 dalam Ali Imron, 2008: 36) mencakup metafora, simile, personifikasi, dan metonimia.

a. Metafora
Menurut Ali Imron (2008: 36) bahwa metafora adalah salah satu wujud kreatif bahasa di dalam penerapan maknanya, berdasarkan kata-kata yang telah di kenalnya dan berdasarkan keserupaan atau kemiripan referen, pemakai bahasa dapat memberi lambang baru pada referen tertentu; baik referen baru itu telah memiliki nama lambang (sebutan ataupun kata) atau belum. Dalam penerapanya di dalam lagu “Laskar Pelangi” grup band Nidji banyak menggunakan gaya bahasa Metafora, contohnya pada bait ke-2 di nomor 7, bait ke-3 baris 1 dan 2 di nomor 8, pada bait ke-5 di nomor 9 di bawah ini.

4. Laskar pelangi takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warna bintang di jiwa

Pada data nomor 7 di atas yang menandai adanya gaya bahasa metafora adalah pada bentuk kata, frasa, klausa seperti ‘laskar pelangi’ ‘takkan terikat waktu’ dan ‘bebaskan mimpimu di angkasa’ ‘warnai bintang di jiwa’. Pada setiap lambang yang diasosiasikan ke dalam lirik lagu tersbut pada dasarnya telah mempunayi suatu makna yang berdiri sendiri sesuai referennya, tetapi pengarang sengaja mengasosiasikan lambang yang sebenarnya tidak mempunyai hubungan makna secara linguistik, dihadirkan kembali untuk mencapai suatu efek estetik di dalam karaya sastra. pada bait 2 data 7 di atasa memiliki makna “Tidak ada batas waktu dalam meraih segala cita-cita, bercita-citalah setinggi-tingginya dan berusahalah dengan keras dalam mencapai cita-cita yang telah direncanakan dengan penuh kesukaan dan kegembiraan”.

5. Menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga

Pada data nomor 8 yang menandai bahwa adanya pengaruh gaya bahasa metafora adalah pada kata ‘surga’. Surga melambangkan tempat yang indah, tempat akhir dimana orang yang di masa hidupnya melakuakan kebaikan. Akan tetapi kata ‘surga’ pada data nomor 8 di atas, kata ‘surga’ hanya di lambangkan sebagai tempat yang indah dan tempat dimana orang-orang pasti menyukainya dan menginginkannya. Tidak termasuk “tempat akhir” dimana orang pada masa hidupnya sering melakukan kebaikan. Sehingga makna yang terkandung pada data nomor 8 atau pada bait ke-3 di baris 1 dan 2 adalah “Selalu bergembira walaupun sebenarnya hidup ini tidak seperti yang kita inginkan dan kita impikan”.

6. laskar pelangi takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi

Pada data nomor 9 diatas, tidaklah berbeda denagn data pada nomor 7. Dari segi maknanya serupa akan tetapi pada pemakaian diksinya yang tidak sama. Pada data nomor 9 di atas, yang menandai adanya gaya bahasa metafora adalah pada bentuk kata, frasa, klausa seperti ‘laskar pelangi’ ‘takkan terikat waktu’ dan ‘bebaskan mimpimu di angkasa’ ‘warnai bintang di jiwa’. Pada data nomor 9 di atas, yang menandai penggunaan bahasa metafora adalah ‘laskar pelangi’, ‘takkan terikat waktu’, ‘jangan berhenti mewarnai’, ‘jutaan mimpi di bumi’. Di bait 2 pada data 9 di atas memiliki makna ‘Tidak ada batas waktu dalam meraih segala cita-cita, bercita-citalah setinggi-tingginya dan berusahalah dengan keras dalam mencapai cita-cita yang telah direncanakan dengan penuh kesukaan dan kegembiraan”.

b. Personifikasi
Menurut Ali Imron (2008: 47) bahwa gaya bahasa personifiaksi merupakan gaya bahasa yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berfikir, berbuat dan sebagainya seperti manusia. Di dalam lagu “Laskar Pelangi” ada beberapa syair atau lirik yang pengarang sendiri sengaja menghadirkan style atau bahasa personifikasi, yang diantara lain seperti pada bait 1 baris 1 dan 2 pada data 10, bait 4 baris 1 dan 2, pada data 11 di bawah ini.

7. Mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia

Pada bait 1 baris 1 dan 2 data 10, yang menandai bahwa adanya pengaruh gaya bahasa personifikasi adalah pada baris 1 yaitu mimpi adalah kunci kemudian diteruskan dengan baris ke-2 yaitu untuk kita menaklukan dunia. Menurut kelas katanya pada kata ‘mimpi’ merupakan kelompok kelas kata adjektifa atau kelas kata sifat yang diasosiasikan ke kata ‘kunci’ yang merupakan kelas kata nomina atau kata benda. Jika secara keseluruhan antara baris 1 dan baris ke-2, baru akan didapat bentuk penggunaan gaya bahasa personifikasi. Pada frasa menaklukan dunia jika digolongkan termasuk kelas kata verba atau kata kerja, yang dimana kata kerja bisa diasosiasikan pada benda hidup sedangkan pada data tersebut pada kata; ‘mimpi’ yang bentuk kata sifat yang seharusnya penempatan penggabungan katanya kurang tepat jika diletakan setelah kata kerja, sehingga kata ‘mimpi’ pada lagu tersebut dimaknai sebagai suatu benda hidup yang dapat melakukan sesuatu. Makna dari bait 1 baris 1 dan 2 adalah “Cita-cita merupakan konsep dasar di dalam mencapai keberhasilan ”.

8. Cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi

Pada bait 4 baris 1 dan 2 data 11, yang menandai bahwa adanya pengaruh gaya bahasa personifikasi adalah pada baris 1 yaitu ‘cinta kepada hidup’ dan pada baris ke-2 ‘memberikan senyuman yang abadi’. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kelas kata sifat kurang tepat jika diasosiasikan dengan kelas kata kerja dan dilanjutkan dengan kata benda. Sehingga dalam hal ini pada data 11 di atas, penggunaan atau pemlihan diksi yang terkandung unsur gaya bahasa personifikasi dapat dilihat pada kata ‘cinta’ dan ‘hidup’ yang merupakan bentuk kelas kata sifat atau adjektif diasosiasikan dengan kelas kata kerja atau verba dan kelas kata nomina atau benda. Pada kata ‘memberikan’ merupakan jenis kelas kata verba atau kerja yang dilanjutakan dengan kelas kata nomina atau benda yang terdapat pada frasa ‘senyuman yang abadi’. Kata sifat bukan merupakan mahluk atau benda hidup akan tetapi pada kata tersebut dinyatakan seolah-olah menjadi hidup dan melakukan perbuatan seperti halnya mahluk hidup pada umumnya.

3. Citraan
Setiap pengarang atau sastrawan mempunyai pencitran yang berbeda-beda di dalam karya satranya. Pencitraan di sini dimaksudkan adalah sebagai pengimagian atau memberikan sebuah fantasi kepembaca agar dapat menuntun pembaca dalam alur cerita yang digambarkan di dalam karya sastra. seperti yang diungkapkan scott (1980: 139 dalam Ali Imron, 2008: 27) bahwa pencitraan (Imagery) berasal dari bahasa latin imago (image) dengan bentuk verbanya imitari (to Imatate). Pencitraan kata merupakan penggamabaran angan-angan dalam sastra, termasuk puisi. penyair tidak hanya pencipta musik verbal, tetaapi juga menciptakan gambaran dapat melihat, merasakan, dan mendengarnya.
Menurut Ali Imron (2008: 28) bahwa di dalam karya sastra, pencitraan kata berfungsi membuat lebih hidup, gambaran dalam pengindraan dan pikiran, menarik perhatian, dan membangkitkan intelektualitas dan emosi pembaca dengan cepat. Karena itu, pencitraan kata dapat melalui: (1) citra penglihatan; (2) citra pendengaran; (3) citra penciuman; (4) citra pengecapan; (5) citra gerak; (6) citra intelektual dan (7) citra pengrabaan.
Di dalam lagu Laskar Pelangi terdapat beberapa pencitraan di antaranya citraan penglihatan dan pencitraan gerak. Hal ini dapat dilihat pada penggalan syair dibawah ini.

a. Citraan penglihatan:
Menurut Ali Imron (2008: 28) citraan yang timbul oleh penglihatan disebut citraan penglihatan. Penulisan karakter tokoh, misalnya keramahan, kemarahan, kegembiraan dan fisik (kecantikan, kejantanan, ketagapan, keluwesan), sering dikemukaan pengarang melalui citraan visual. Adapun di dalam lagu “Laskar Pelangi” pada kata yang mengandung citraan penglihatan adalah sebagai berikut:

• Walau dunia tak seindah surga

Data di atas terdapat pada Bait 3 baris 2. Penggalan syair di atas termasuk bentuk pencitraan penglihatan. Hal ini dapat dilihat pada kata ‘seindah’. Kata ‘seindah’ merupakan bentuk yang dapat divisualisasikan atau sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan.

• Jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi

Data di atas terdapat pada bait terakhir atau bait 5 baris ke 2 dan 3. Penggalan syair di atas merupakan bentuk pencitraan penglihatan. Hal ini dapat dilihat pada kata ‘mewarnai’, walaupun kata ini termasuk kelas kata verba, tetapi kata ‘mewarnai’ merupakan kata yang dapat divisualisasikan secara sadar dalam berfantasi. Sehingga kata ‘mewarnai’ mengiringi pengindraan penglihatan.

b. Citraan gerak (imagery kinasethetic)
Citra gerakan melukiskan sesuatu yang sesungguhnya, tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak ataupun gambaran gerak (Ali Imron, 2008: 30). Di dalam lagu “Laskar Pelangi” yang mengandung pencitraan gerak dapat dilihat pada beberapa penggalan syair di bawah ini.

• Berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya

Syair di atas merupakan penggalan dari lagu Laskar Pelangi bait 1 baris 3 dan 4. Pengindraan gerakan pada pengalan syair di atas dapat di lihat pada kata ‘berlarilah’ merupakan perbuatan atau sebuah gerakan yang di buat oleh benda hidup. dalam pengimajian atau dalam berfantasi secara tidak langsung sastrawan mengkonstruksi sebuah fantasi lewat kata ‘berlarilah’ untuk menggambarkan sosok orang yang sedang ‘berlari’.

• Bebaskan mimpimu di angkasa

Syair di atas merupakan penggalan dari lagu Laskar Pelangi bait 2 baris 2. Pengindraan gerakan pada pengalan syair di atas dapat di lihat pada kata ‘bebaskan’ merupakan perbuatan atau sebuah gerakan yang di buat oleh benda hidup. dalam pengimajian atau dalam berfantasi secara tidak langsung sastrawan mengkonstruksi sebuah fantasi lewat kata ‘bebaskan’ untuk menggambarkan sosok orang yang sedang ‘membebaskan’. Sehingga dalam hal ini sastrawan ingin menggambarkan sosok orang yang ingin membebaskan mimpi-mimpinya di angkasa.

• Menarilah dan terus tertawa

Syair di atas merupakan penggalan dari lagu Laskar Pelangi bait 3 baris 1. Pengindraan gerakan pada penggalaan syair di atas dapat di lihat pada kata ‘menarilah’ dan ‘tertawa’ yang merupakan perbuatan atau sebuah gerakan yang di buat oleh benda hidup. dalam pengimajian atau dalam berfantasi secara tidak langsung, sastrawan mengkonstruksi sebuah fantasi pendengar atau pembaca lewat kata ‘menarilah’ dan ‘tertawa’ untuk menggambarkan sosok orang yang sedang ‘menari’ dan ‘tertawa’.

C. Gagasan, Makna dan Pesan yang Terkandung di dalam Lagu Laskar Pelangi


Di dalam setiap karya sastra baik itu secara eksplisit maupun secara implisit sastrawan meletakan pesan-pesan yang ingin disampaikan dan diungkapkan ke pendengar atau pembaca. Secara struktural makna atau gagasan terdapat di dalam struktur batin di dalam karya sastra. Menurut Ali Imron (2008: 43) bahwa kata dikatakan mengandung makna bahasa jika makna kata tersebut dapat diberikan secara kebahasaan ; artinya pertimbangan budaya misalnya, berada di luar jangkauan kebahasaan. Makna yang terkandung di dalam lagu Laskar Pelangi sebenarnya tidak lari dari pesan, gagasan dan makna yang ingin di sampaikn Andrea Hirata di dalam Novelnya yang berjudul “Laskar Pelangi”. Yang membedakan sedikit di antaranya adalah gaya atau style bahasanya saja, antara Andrea Hirata dengan grup band Nidji yang secara garis besar style bahasa Andrea di dalam lagu tersebut, sangat mempengaruhi terhadap style bahasa grup band Nidji selaku pencipta lagu “Laskar Pelangi”. Adapun makna yang terdapat di dalam Lagu laskar pelangi yang dipoulerkan oleh Nidji dan merupakan lagu yang diangkat dari sebuah cerita novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Cerita tentang kesepuluh anak laskar pelangi yang tinggal di pulau kecil yang bernama pulau Balitong. Kesepuluh anak tersebut hidup saling melengkapi dan saling mengisi, mereka bermain dan belajar di sekolah yang sangat mereka cintai, yaitu di SD Muhammadiyah. SD Muhammadiyah merupakan SD Islam satu-satunya yang ada di pulau Balitong pada saat itu. Walaupun dilihat dari tampilan fisik bangunan SD Muhammadiyah tidak layak untuk dihuni, apa lagi digunakan uutuk kegiatan belajar mengajar, akan tetapi semangat dan keoptimisan dari kesepuluh orang anak tersebut mampu membalikan keadaan pada saat itu. Mampu membalikan keadaan pada saat itu dimaksudkan adalah ketika mereka mampu mengubah pola pikir mereka sendiri yang statis dan mampu bersikap optimis dan terus berkembang secara dinamis mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Keterbatasan dan kelemahan bukan suatu halangan bagi mereka untuk maju ke depan dalam berperestasi. Bagi mereka bermimpi adalah suatu jembatan untuk menuju keberhasilan. Membebaskan mimpi mereka ke angkasa merupakan suatu langkah yang akan mereka lakukan demi mewujudkan apa yang mereka cita-citakan. Laskar Pelangi merupakan nama sebutan atau panggilan dari kesepuluh orang anak yang mempunyai keragaman karakter dan mempunyai kemampuan yang saling melengkapi.


PENUTUP
1. Kesimpulan

Telaah lagu yang berjudul “Laskar Pelangi” merupakan ciptaan Grup Band Nidji. Berdasarkan pendekatan stilistika dengan kajian berdasarkan unsur-unsurnya dan maknanya, telaah tersebut di dapat hasil sebagai berikut:
a. Gaya atau style bahasa Andrea Hirata sangat mempengaruhi lagu “Laskar Pelangi” yang dipopulerkan oleh grup band Nidji
b. Kata kunci pada lagu “Laskar Pelangi” adalah pada kata ‘mimpi’ dan ‘Laskar Pelangi’
c. Pemakaian gaya bahasa di dalam lagu “Laskar Pelangi” lebih mendominasi pada pemakaian gaya bahasa metafora dan dilanjutkan dengan gaya bahasa personifikasi
d. Pencitraan gerak lebih banyak digunakan pengarang dalam membangkitkan imajinasi pendengar lagu “Laskar Pelangi”, dan juga ditemukan beberapa baris yang mengandung pencitraan penglihatan
e. Makna, gagasan atau pesan yang ingin di sampaikan sastrawan pada lagu “Laskar Pelangi”, pada dasarnya mengadaptasi dari makna yang terkandung di dalam novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Jakarta: Realita Publisher
Imron, Ali. 2008. STILISTIKA Sebuah Pengantar. Surakarta.

Satoto, Soediro. 1995. STILISTIKA. Surakarta: STSI Pers Surakarta


Lampiran:


LASKAR PELANGI

Mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya

laskar pelangi takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warna bintang di jiwa
reff:
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia selamanya
cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi
walau hidup kadang tak adil
tapi cinta lengkapi kita
laskar pelangi takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi
repeat reff [2x]
key word: mimpi, laskar pelangi

5 komentar:

bahasa dan sastra Indonesia banget chOOooy,....>> mengatakan...

ternyata riBet juGa y,.. kaJian StiListika,..he,..

GERAKAN LITERASI SMPN 4 CIMAHI mengatakan...

terima kasih

Anonim mengatakan...

bahasa indonesia paling banyak digunakan kenapa g dijadiaan sebagai bahasa internasional,bahasa indonesia mudah dipejari,dimengerti,dan gampang diteliti jangan takut sama malaysia dunk,junjung tinggi negara kita, bahasa kita sendiri, kita orang melayu murni tanpa adanya perbedaan

bahasa dan sastra Indonesia banget chOOooy,....>> mengatakan...

Di lihat dari latar belakang bahasa Indonesia itu sendiri, dapat kemungkinan Bahasa Indonesia di jadikan bahasa Internasional. karena peranan bahasa asing dan lebih-lebih bahasa daerah nusantara itu sendiri banyak memberikan kontribusi aktf bagi perkembangan bahasa indonesia. dengan begitu secara tidak langsung orang asing pun dapat dengan mudah mempelajari bahasa indonesia tersebut.

winaldi mengatakan...

semoga saja bahasa indonesia nanti bisa jadi bahasa internsional. karena sudah banyak orang mempelajarinya. di australia saja menjadi kurikulum pembelajaran disana.