Kamis, 09 Juli 2009

ANALISIS ASPEK GAYA BAHASA, MANIPULASI PADUAN BUNYI, GAGASAN ATAU MAKNA PADA 4 LIRIK LAGU PILIHAN CIPTAAN IWAN FALS: PENDEKATAN STILISTIKA

ANALISIS ASPEK GAYA BAHASA, MANIPULASI PADUAN BUNYI, GAGASAN ATAU MAKNA PADA 4 LIRIK LAGU PILIHAN CIPTAAN IWAN FALS: PENDEKATAN STILISTIKA


A.Judul Program
Analisis Aspek Gaya Bahasa, Manipulasi Paduan Bunyi, Gagasan atau Makna pada 4 Lirik Lagu Pilihan Ciptaan Iwan Fals: Pendekatan Stilistika.

B.Latar Belakang Masalah
Lagu merupakan berbagai irama yang meliputi suatu instrumen dan bernyanyi (Zainal Arifin, 2008: 401). Setiap lagu memiliki karakteristik dan kekhasan yang dapat mengungkapkan segala gejala fenomena berdasarkan manifestasi seorang pencipta lagu. Lirik lagu meyerupai puisi bahkan puisi merupakan cikal bakal lagu apabila puisi tersebut diberikan sejumlah nada atau berupa instrumen irama.
Lirik lagu merupakan suatu gaya manifestasi dari pencipta karena melihat ketidak singkornannya antara fenomena yang terjadi dengan konsepsi pencipta atau merupakan suatu daya imajinasi dan kepekaan pencipta terhadap hal-hal yang terjadi di seklilingnya.
Setiap lirik lagu mengandung maksud atau pesan yang akan disampaikan. Pesan yang disampaikan biasanya, tidak secara eksplisit dituangkan lewat lagu tersebut akan tetapi lebih secara implisit walaupun ada diantara lirik lagu yang tertuang secara eksplisit. Lirik-lirik lagu ciptaan Virgiawan Listanto atau yang biasa dikenal dengan sebutan Iwan Fals, merupakan lirik lagu yang memiliki karakteristik kritis dan tajam dalam menyikapi realita yang terjadi, setiap lirik-lirik lagunnya mengandung makna secara lugas dan tegas sehingga makna atau pesan dari lagu tersebut dengan mudah dipahami.
Chvatik mengemukakan Stilistika sebagai kajian yang menyikapi bahasa dalam teks sastra sebagai kode estetik dengan kajian stilistik yang menyikapi bahasa dalam teks sastra sebagaimana bahasa menjadi objek kajian linguistik (Aminuddin :1995 :22).
Lirik-lirik lagu ciptaan Iwan fals memiliki style / gaya penggunaan bahasa yang luas, tajam dan akurat sehingga pesan - pesan yang disampaikan lewat lirik - lirik lagunya langsung bisa dicerna atau dipahami oleh pendengarnya. Keserasian intonasi / nada pada lirik - lirik lagu Iwan Fals mempunyai warna yang kental dengan instrumen bunyi yang hampir sama pada bagian larik satu dengan larik lainnya sehingga setiap bunyi yang mengiringi kata - kata pada larik terkesan kata - kata menjadi hidup dan mengandung arti yang konotatif.
Stilistika sebagai studi tentang cara pengarang dalam menggunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan dari kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk itu yang dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan sistem tandanya. Walaupun fokusnya hanya pada wujud sistem tanda untuk memperoleh pemahaman tentang ciri penggunaan sistem tanda bila dihubungkan dengan cara pengarang dalam menyampaikan gagasan pengkaji perlu juga memahami (i) gambaran obyek / peristiwa, (ii) gagasan, (iii) ideologi yang terkandung dalam karya sastranya ( Aminuddin : 1995 :46 ). Lirik lagu ciptan Iwan Fals seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa makna yang terkandung di dalam lirik lagu ini dapat dengan mudah dipahami secara general dalam mendapatkan pesan yang disampaikan dari lirik lagu tersebut namun lebih cenderung sukar dalam memaknai setiap larik yang terdapat pada lirik lagu tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu diadakan penelitian dengan judul ”Analisis Aspek Gaya Bahasa, Manipulasi Paduan Bunyi, Gagasan atau Makna pada 4 lirik lagu ciptaan Iwan Fals: Pendekatan Stilistika”

C.Perumusan masalah
Adapun pokok masalah dalam penelitian berdasarkan latar belakang di atas adalah :
1.Bagaimana aspek gaya bahasa pada 4 lirik lagu ciptaan iwan fals yang berjudul
Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem, 1910?
2.Adakah manipulasi kesamaan bunyi pada setiap lirik-lirik lagu ciptaan iwan fals yang berjudul Bangunlah Putra - Putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem, 1910?
3.Bagaimana makna atau pesan yang terkandung pada 4 lirik lagu ciptaan iwan fals yang berjudul Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem, 1910?

D.Tujuan Program
Tujuan penelitian ini adalah
1.Mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa yang digunakan Iwan fals dalam menulis lirik-lirik lagunya
2.Mendeskripsikan pola-pola atau manipulasi kesamaan bunyi yang terdapat pada lirik-lirik lagu tersebut
3.Mendeskripsikan makna atau gagasan yang terkandung di dalam lirik-lirik lagu ciptaan Iwan Fals

E.Manfaat
Manfaat dari penelitian ini mencakup dua dimensi yakni dimensi keilmuan atau teoritis dan dimensi praktis. Manfaat penelitian ini dapat dirumuskan yakni,
Manfaat keilmuan (Teoritis)
Mendeskripsikan gaya penulisan lirik-lirik lagu ciptaan Iwan Fals
Mendeskripsikan makna atau gagasan yang terkandung dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals
Mendeskripsikan pola-pola atau manipulasi kesamaan bunyi yang terdapat pada lirik-lirik lagu tersebut
Manfaat Praktis
Menjadi acuan dasar dalam mempelajari sastra di sekolahan ataupun perkuliahan pada fokus analisis stilistika.
Memberikan terapan kajian stilistika pada analisis lirik lagu ciptaan Iwan Fals.

F.Tinjauan Pustaka
Penelitian yang difokuskan pada keempat lirik lagu ciptaan Iwan Fals seperti Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem, 1910 mengandung sesuatu yang menarik dalam telaah analisis Stilistika berdasarkan kajian mendalam pada Aspek Gaya Bahasa, Aspek Manipuasi bunyi, Aspek Makna atau gagasan. Lirik-lirik lagu tersebut selain memiliki makna yang dalam juga dimasing lirik –lirik lagu tersebut terdapat kesamaan bunyi dlan setiap lariknya dan pada penggunaan gaya bahasa yang lebih cenderung kepada bahasa yang sukar diterjemahkan dalam segi cakupan maknanya walaupun dari segi pesan yang disampaikan pada setiap lirik lagu tersebut mudah dipahami oleh pendengar.
Penelitian ini diharapkan agar lebih memunculkan sesuatu yang tak terlihat atau secara eksplisit tidak dengan mudah dicerna makna dari lirik lagu tersebut. Lirik lagu ciptaan Iwan Fals mempunyai karakter penulisan yang mempunyai karakter keunikan yang tidak didapat oleh musisi sekaligus penyair pada umumnya. Dengan style gaya penulisan yang cenderung bersumber dari kepekaan naluria batinnya terhadap lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini bukan merupakan tindaklanjut dari penelitian terdahulu, adapun penelitian terdahulu yang menyerupai penelitian sekarang dan sebagai acuan dasar dalam pengembangan penelitian ini adalah
Skripsi Endah Purwanti (2004) berjudul: ”Unsur Kepuitisan dan Makna Lirik Lagu Karya Didi Kempot dalam Best Hit 2001: Analisis Stilistika dan Semiotika”. Adapun pembahasan pada penelitian ini adalah tentang penjabaran atau deskripsi tentang makna yang terkandung dalam lirik lagu karya didi kempot dengan menggunakan analisis stilistika dan semiĆ³tika.
Skripsi Imron Aris Awaludin (2004) berjudul: ”Analisi Gaya Bahasa sebagai Salah Satu Unsur Kepuitisan pada Lirik Lagu Band Dewa dalam Album Bintang Lima”. Adapun pembahasan pada penelitian ini adalah membahasa tentang unsur-unsur kepuitisan yang meliputi aspek tanda dalam karya sastra, Aspek makna atau gagasan, Aspek bunyi.
Skripsi Beben Subandi (2004) berjudul: ”Analisis Isi Pesan Moral pada Lagu dalam Album Suara Hati: Studi pada karya Iwan Fals”. Adapun pembahasan pada penelitian ini adalah membahas tentang makna yang terkandung dalam lagu ciptaan Iwan Fals dari Segi moralitas pesan yang tersirat dalam lagu tersebut. Pembahasan pada penelitian ini cenderung mengkaji makna lagu-lagu tersebut dengan pendekatan moralitas sehingga memberikan suatu persepsi bahwa lirik-lirik lagu ciptaan Iwan Fals mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan moralitas.
G.Landasan Teori
a.Pengertiannya
Stilistika berasal dari Bahasa Inggris yaitu “Style” yang berarti gaya dan dari bahasa serapan “linguistic” yang berarti tata bahasa. Stilistika menurut kamus Bahasa Indonesia yaitu Ilmu Kebahasaan yang mempelajari gaya bahasa. Sedangkan menurut C. Bally, Jakobson, Leech, Widdowson, Levin, Ching, Chatman, C Dalan, dan lain-lain menentukan stilistika sebagai suatu deskripsi linguistic dari bahasa yang digunakan dalam teks sastra. Bagi Leech, stilistik adalah simple defind as the (linguistic) study of style. Wawasan demikian sejalan dengan pernyataan Cummings dan Simmons bahwa studi bahasa dalam teks sastra merupakan…branch of linguistic called stylistic. Dalam konteks yang lebih luas, bahkan Jakobson beranggapan bahwa poetics (puitika) sebagai teori tentang sistem dan kaidah teks sastra sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Linguistik (http//Cahsasindo.blogspot.com).
Stilistika secara etimologis merupakan hubungan kata stylistics dengan kata style, artinya ilmu tentang gaya. Stilistika merupakan ilmu pemanfaatan bahasa dalam suatu karya sastra. Gaya bahasa sendiri menurut Enkvist (Sayuti via Endraswara, 2004: 72) memiliki enam pengertian, yaitu: a) Bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pertanyaan yang telah ada sebelumnya, b) pilihan di antara beragam pernyataan mungkin, c) sekumpulan ciri kolektif, d) penyimpangan norma atau kaidah, e) sekumpulan ciri pribadi dan f) hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih luas daripada sebuah kalimat (http://theworldisword.blogspot.com/).

b.Jenis-jenisnya
Pengkajian stilistika meliputi dua jenis yakni stilistika genetik dn setilistika deskriptif. Setlistika genetik adalah pengkajian gaya bahasa seseorang pengarang berupa penguraian gaya bhasa nya yang terdapat dalam salah satu karya sastranya atau keseluruhan karya sastranya, baik prosa maupun puisi, adapun stilistika dekriptif adalah pengkajian gaya bahasa seklompok sastrawan atau sebuah angkatan sastra baik ciri-ciri gaya bahasa puisi maupun ciri-ciri gaya bahasa fiksinya (Soediro Sastoto, 1995: 37-38).
Stilistika sebagai ilmu yang megkaji penggunaan bahasa didalam karya sastra yang berorientasi linguistik atau menggunakan parameter linguistik dapat dilihat pada batasan stilistika sebagai berikut:
1.Stilistika merupakan linguistik yang menitik beratkan kajiannya kepada variasi penggunaan bahasa yang kompleks dalam karya sastra ( Turner, 1975: 7 ). Atau pendekatan linguistik yang digunakan dalam bidang studi teks-teks sastra ( Short, 1989: 183. Cumming dan simons ( 1986: XVI )) menambahkan bahwa stilistika merupakan cabang linguistik dan analisisnya berorientasi pada linguistik
2.Stilistika dapat dikatakan sebagai studi yang menghubungkan antara bentuk linguistik dengan fungsi sastra ( Leech dan Short, 1984: 4 )
3.Stilistika adalah ilmu kajian gaya yang digunakan untuk menganalisis karya sastra ( Keris Mas, 1988:3 ). Menurut Kris mas bahasa memang sudah mempunyai gaya seperti halnya bahasa dalam karya sastra yang mempunyai perbedaaan dari bahasa kesehariaan.
4.Stilistika mengkaji wacana dari segi orientasi linguistik dan merupakan pertaliaan antara linguistik pada satu pihak dan kritik sastra dipihak lain, secara morfologis dan dapat dikatakan bahawa kompnen style berhubungan dengan kritik sastra, sedangkan komponen istic berhubungan dengan linguistik ( Widdowson, 1984:3 ) Karaya sastra hendaknya dipandang sebagai wacana sehingga mempretemukan pandangan linguist yang menganggap karya sastra sebagai teks dan pandangan keritikus sastra yang menganggap karya sastra sebagai pembawa pesan atau message ( Widdowson, 1975: 1- 7 ).



H.Metode Pelaksanaan Program
1.Jenis Penelitian dan Sumber data
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Lirik lagu Iwan Fals secara umum merupakan lagu pembangun jiwa yang mengandung beberapa nilai tentang gaya hidup, keadilan sosial, kepedulian sosial, rakyat kecil, patriotisme dan cinta tanah air. 4 lirik lagu yang akan ditelaah berdasarkan Analisis stilistika pada Aspek makna atau gagasan, gaya bahasa dan manipulasi bunyinya ini meliputi; Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem, 1910 dari keempat lirik lagu tersebut terdapat pada album yang berbeda. Misalnya pada lirik lagu Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi pada album Sarjana Muda yang merupakan album pertama Iwan Fals, Surat Buat Wakil Rakyat pada album Wakil Rakyat, Nenekku Okem pada album Lancar-Kereta Tua, 1910 pada album 1910. Nada pada lagu-lagu tersebut lebih cenderung pada warna-warna musik country. Gaya penulisan lirik lagu ciptaan iwan fals lebih cenderung pada gaya kepekaan batin pencipta terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga warna penulisannya pun cenderung mempunyai karakteristik yang kuat, misalnya lirik lagu yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat menceritakan tentang sebagaimana tugas Wakil rakyat adalah sebagai penampung, menyampaikan aspirasi rakyat bukan hanya duduk diam, dan tidur ketika sidang berlangsung seperti kutipan lirik lagu Surat Buat wakil Rakyat. Gaya penulisan lirik lagu ciptaan iwan fals seperti pada bagian-bagian sebelumya telah disebutkan mengandung beberapa nilai seperti gaya hidup, keadilan sosial, kepeduliaan sosial, rakyat kecil, patriotisme dan cinta tanah air.


2.Objek Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Aspek gagasan makna, gaya penulisan, manipulasi bunyi pada 4 lirik lagu ciptan Iwan Fals seperti Bangunlah Putra - Putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem, 1910.

3.Permerolehan data
Data pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua macam (1) Data Primer (2) data Skunder.
a.Data primer
Data primer berasal dari 4 lirik lagu ciptaan iwan fals seperti pada point 2
b.Data sekunder
Data skunder berasal dari refrensi luar fiksi ( Siswantoro: 2005: 132 ) seperti: Unsur kepuitisan dan makna lirik lagu karya didi kempot dalam best Hit 2001: Analisis Stilistika dan Semiotika yang menjadi Skripsi Endah Purwanti, Analisi Gaya bahasa sebagai salah satu unsur kepuitisan pada lirik lagu band Dewa dalam album Bintang Lima yang menjadi skripsi Imron Aris Awaludin, Analisis isi Pesan Moral pada lagu dalam album suara hati: Studi pada karya iwan Fals yang menjadi skripsi Beben Subandi.

4.Sampel
Iwan fals mempunyai banyak lagu-lagu yang mempunyai warna yang inspiratif dan membangun jiwa dengan ditambah unsur moral dan sosial. Diantara lagu - lagu tersebut ada 4 lirik lagu iwan fals yaitu Bangunlah Putra - Putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem ( 1910 ) yang akan dikaji berdasarkan kajian stilistika berupa Analisis Aspek Gaya Bahasa, Manipulasi Paduan Bunyi, Gagasan atau Makna

5.Instrument penelitian
Instrument penelitian ini berupa 4 lirik lagu ciptaan Iwan Fals seperti pada point 2, penelitian dan sumber refrensi seperti yang dijelaskan pada poin 3.

6.Teknik analisis data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan pendekatan Analisis stilistika yang mengacu pada bagian spesifikasi dari stilistika yaitu Aspek makna atau gagasan, manipulasi kesamaan bunyi, aspek gaya penulisan pada 4 lirik lagu ciptaan Iwan Fals.

7.Jadwal penelitian
i.Tahap Persiapan Penelitian
a.Tahap memilih pendekatan : 03 - 10 Maret
b.Tahap memilih lagu : 03 - 10 Maret
c.Tahap memilih teori : 03 - 10 Maret
d.Tahap mendalami Teori : 03 - 10 Maret
e.Tahap merumuskan judul : 03 - 10 Maret

ii.Tahap Menyusun
a.Perangkat penelitian : 11 - 15 Maret
b.Tahap menyusun proposal : 15 Maret - 23 April

iii.Tahap Pekerjaan Lapangan
a.Tahap mengumpulkan data : 12 - 31 Mei
b.Tahap Menganalisis data : 12 Mei – 9 Juni


I.Nama dan Biodata Ketua Kelompok serta Anggota Kelompok Peneliti

Ketua kelompok
1.Nama : IRFAD TAUFIQUROBBI
2.NIM : A310060053
3.Tempat Tanggal Lahir : Sungailiat, 21 Desember 1988
4.Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta
5.Waktu Untuk Kegiatan PKM : 3 Jam / Minggu

Anggota Kelompok
A) 1. Nama : Ari Kurniawan
2.NIM : A310060049
3.Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 4 Agustus 1987
4. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta
5. Waktu Untuk Kegiatan PKM : 3 Jam / Minggu

B) 1. Nama : Breegas Yudananto
2. NIM : A310060010
3. Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 6 Oktober 1986
4. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta
5. Waktu Untuk Kegiatan PKM : 3 Jam / Minggu

J.Nama dan Biodata Dosen Pembimibing

1.Nama : Dra. Atiqa Sabardila, M. Hum.
2.Nik : 472
3.Setatus Dosen : (....) Dosen Biasa Negeri
(.v.) Dosen Biasa Yayasan
(....) Dosen Luar Biasa
4.Pangkat / Golongan : Lektor / IV A
5.Jabatan Struktural : -
6.Akademik : Lektor
7.Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta
8.Bidang Keahlian : Linguistik Terapan
9.Waktu untuk Kegiatan PKM : 2 Jam / Minggu



























Hasil dan Pembahasan

A.Penggunaan Gaya Bahasa Pada Lagu Iwan Fals
Pada dasarnya gaya bahasa berhubungan erat dengan cara seorang pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasan dalam karyanya. Selain itu, Aminuddin (dalam Ali Imron, 2008 : 13) menyatakan bahwa gaya bahasa adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya melalui media bahasa sehingga mewujudkan bahasa yang indah dan harmonis, meliputi aspek : (1) pengarang, (2) ekspresi, dan (3) gaya bahasa. Berdasarkan pemahaman ini, maka timbullah pendapat bahwa gaya bahasa adalah orangnya sendiri atau pengarangnya, karena melalui gaya bahasa kita dapat mengenal bagaimana sikap, pengetahuan, pengalaman dan gagasan pengarang dalam karya sastranya.
Keanekaragaman gaya bahasa akan berpengaruh terhadap penggambaran suasana penuturnya. Gambaran makna yang ditampilkan mungkin hanya menggambarkan suasana keseharian yang rutin dan sering dialami oleh pembacanya. Setiap orangh pasti mempunyai perebedaan penggunaan gaya bahasa dalam penyampaian karya sastranya. Bahkan meskipun mereka berangkat dari gagasan yang sama, bentuk penyampaiannya dalam gaya bahasa senantiasa berbeda. Dalam karya sastra hal demikian disebut individuasi, yakni keunikan dan kekhasan seseorang dalam penciptaan sebuah karya yang tidak pernah sama antara satu dengan yang lainnya.
Dalam pembahasan ini, akan diuraikan lebih jauh mengenai penggunaan gaya bahasa pada lagu Iwan Fals. Dalam setiap lagu Iwan fals memiliki pengungkapan gaya bahasa yang berbeda-beda.

Data 1
Sinar matamu tajam namun ragu, kokoh sayapmu semua tahu
Tegap tubuhmu takkan goyahkan, kuat jarimu kala mencengkram

Dari bait diatas terdapat gaya bahasa Apostrof yaitu gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanah (Tegap tubuhmu takkan goyahkan, kuat jarimu kala mencengkram).
Di dalam tuturan baik diatas juga terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu menggambarkan benda-benda mati seperti benda hidup.



Data 2
Bermacam-macam suku yang yang berbeda, bersatu dalam cengkremmu
Angin genit mengelus merah putihku, yang berkibat sedikit malu-malu
Merah membara tertanam wibawa, putihmu suci penuh karisma
Pulau-pulau yang berpancar, bersatu dalam kibarmu

Dari tutur bait diatas terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu mempersamakan, benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berpikir, berbuat dan sebagainya seperti manusia. Pada bait diatas terdapat beberapa kata yang termasuk dalam majas personifikasi yaitu pada kata (angin genit mengelus) yaitu genit dan mengelus biasa dilakukan oleh manusia akan tetapi dalam bait ini digunakan objek adalah angin. Disamping itu juga ada kata malu-malu yang biasa dipakai untuk manusia / sifat manusia.

Data 3
Terbanglah garudaku, singkirkan kutu-kutu disayapmu
Berkibarlah benderaku, singkirkan benalu ditiangmu
Hei, jangan ragu dan jangan malu
Tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu

Dari bait diatas terdapat gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai kata yang menunjukkan adanya repetisi adalah (kutu singkirkan) adalah satu bait terdapat 2 kali. Dalam bait tersebut juga terdapat kata disayapmu dan ditiangmu yaitu terdapat pengulangan awalan serta akhiran yang sama dan terdapat pengulangan kata jangan yang semua bertujuan untuk menyalurkan pada khalayak apa yang ingin disampaikan.







Data 4
Mentari pagi sudah membumbung tinggi
Bangunlah putra putri pertiwi
Mari mandi dan gosok gigi
Setelah itu kita berjanji

Bait diatas terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berpikir, berbuat dan sebagainya, seperti manusia dan gaya bahasa anti klimaks bentuk gaya bahasa yang merupakan suatu tuturan yang penting kemudian diurutkan ketuturan yang kurang penting. Dalam bait diatas yang menunjukkan gaya bahasa personifikasi adalah (mentari pagi sudah membumbung tinggi dan gaya bahasa anti klimaks adalah mulai dari kalimat Bangunlah putra putri pertiwi, mari mandi dan gosok gigi setelah itu kita berjanji).

Data 5
Tadi pagi esuk hari atau lusa nanti,..... garuda bukan burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut,.... dan cobaku dengarkan
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisi harapan
Yang hanya berisi khayalan.

Pada bait diatas terdapat gaya bahasa repetisi, yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Adapun yang menunjukkan adanya gaya bahasa repetisi antara kin (kata bukan) yang dijumpai 2 kali serta kata yang hanya beri juga terdapat 2 kali yang bertujuan untuk lebih menyakinkan.








Data 6
Nenekku manis umur setengah abad
Masih lincah bagai bola bekel
Rambutnya panjang hitam ikal dipikok
Di salon Lisa asal Rengasdengklok

Dalam bait diatas mengandung gaya bahasa simik yaitu perumpamaan kata dengan menggunakan kata pembanding, misalnya : seperti, ibarat, sebagai, bagaikan, dan sebagainya. Dalam bait diatas menggunakan kata bagai yaitu dalam kalimat (Masih lincah bagai bola bekel).

Data 7
Paling tak suka pakai kain kebaya
Atau rambut digulung konde
Sebab katanya tak bebas dia bergerak
Gerak sebagai alasan

Dalam bait diatas mengandung gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam hal ini terdapat 2 hal yang diulang, yang bertujuan untuk menyakinkan yaitu (kata tak).

Data 8
Nenekku orang hebat
Sanggup koprol bagai atlet
Nafasnya panjang bak nafas kuda
Lari Jakarta – Bandung setiap pagi pulang pergi
Main bola sehari tiga kali
Tak kejang menambah energi

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa simile yaitu perumpamaan kata dengan menggunakan kata pembanding misalnya: seperti, ibarat, sebagai, bagaikan dan sebagainya. Dalam bait di atas menggunakan kata yaitu kata bak dalam kalimat (sanggup kopral bagai atlit dan kata bak pada kalimat nafasnya panjang bak nafas kuda)

Data 9
Kalau kubilangin jangan terlalu agresif
Namun malah ngeledek kuno
Nenekku makin hot mencuri sambil salto
Hampir-hampir setiap menit
Di rumah atau di jalan
Di pasar atau di trotoar
Hi,...hi,...hi,.......

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah kontek yang sesuai.
Dalam bait di atas terdapat kata atau yaitu pada kalimat (di rumah atau di jalan dan di pasar atau di trotoar) yang mengandung pilihan terhadap suatu hal. Dalam hal ini pilihan tersebut dapat dipilih dan biasanya antara satu oarng dengan yang lain memiliki pilihan yang berbeda-beda.

Data 10
Habis ambil pensil mampir ke toko kaset
Cari lagu baru yang up to date
Kuping pakek head phone
Badan tak biasa diam
Ikuti tempo break dance tersayang

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa anti klimaks yaitu bentuk gaya bahasa yang merupakan suatu acuan dari tuturan yang penting kemudian diurutkan ke tuturan yang kurang penting. Dalam bait di atas terdapat kata (Habis ambil pensil mampir ke toko kaset) dalam tuturan ini termasuk tuturan yang ditekankan atau penting.
Sedangakn pada kalimat/bait berikutnya (cari lagu baru yang up to date, kuping pakek head phone, badan tak biasa diam, ikuti tempo break dance tersayang) dianggap sebagai tambahan atau suatu lanjutan dari aktivitas yang sebelumnya dilakukan.

Data 11
Persetan orang lihat masa bodo nyengir
Konsentrasi dia tak goyah
Stelah selesai dengar lagu sekaset
Lalu doa menuju kari
Bayar satu bawa tiga
Yang dua mampir di jaket
Yang dua mampir di jaket

Dari bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah kontek yang sesuai. Dalam hal ini kalimat yang menunjukkan adanya repetisi (yang dua mampir di jaket) dimana kalimat tadi ditulis 2 kali.

Data 12
Nenekku okem...
Nenekku okem...
Nenekku okem...

Dari bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam kontek yang sesuai. Dalam hal ini kalimat yang menunjukkan adasnya repetisi (nenekku okey) dimana terdapat pengulangan sebanyak 3 kali.

Data 13
Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata…..air mata….

Dalam bait di atas terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berpikir, berbuat dan sebagaimana seperti manusia. Yang terdapat dalam kalimat (Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi). Di samping itu juga terdapat gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi suku kata. Kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai yang terdapat pada kata (Air mata, air mata) yang ditulis 2 kali.

Data 14
Belum habis peluih belum habis putaran roda
Aku dengan jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata.... air mata

Dalam bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai yang terdapat dalam kalimat (belum habis peluit belum habis putaran roda dan air mata.... air mata)

Data 15
Berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan bila sungkawa
Aku bosan....

Dalam bait di atas terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu mempersamakan dengan manusia, benda-benda mati di buat dapat berpikir, berbuat dan sebagainya seperti manusia yang terdapat dalam kalimat (berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja)









Data 16
Lalu terangkat semua beban di pundak
Semudah itukah luka-luka terobati
Nusantara... tangismu terdengar lagi
Nusantara derita bila berhenti
Bilakah..... bilakah.....

Dalam bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Hal itu terdapat daslam kata Nusantara yaitu pada kalimat (Nusantara... tangismu terdengar algi dan Nusantara derita bila berhenti) dan pengulangan padas kata Bilakah yang terdapat dalam kalimat (Bilakah... bilakah....)

Data 17
Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya jawab yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amanah
Air mata....air mata.....

Dalam bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Hal itu terdapat dalam kata Air mata yang terdapat dalam kalimat (Air mata.... dan air mata...) dan gaya bahasa personifikasi yaitu mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berpikir, berbuat, dan sebagainya seperti manusia yang terdapat dalam kalimat (Bangkai kereta lemparkan amanah).








Data 18
Nusantara… langitmu saksi kelabu…
Nusantara… terdengar lagi tangismu
Nusantara… kau simpan kisah kereta..
Nusantara… kobarkan marang sang duka.

Pada bait diatas terdapat gaya bahasa repetisi, yaitu pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat sebuah konteks yang sesuai. Adapun dalam bait diatas yang masuk repetisi ada pada kata Nusantara yang terdapat dalam kalimat (Nusantara… langitmu saksi kelabu… nusantara … terdengar lagi tangismu, nusantara … kau simpan kisah kereta dan nusantara kojbarkan marah sang duka). Disamping itu juga terdapat gaya bahassa personifikasi yaitu mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berfikir berbuat dan sebagainya seperti manusia yang terdapat dalam kata (kisah kereta dan kobarkan marah dalam kaliamt nusantara,… kau simpan kisah kereta dan nusantara,.. kobarkan marah sang duka).

Data 19
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab luka tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan termasuk daslam repetisi dalam bait di atas adalah (pada kata pergilah dalam kalimat saudaraku pergilah dengan ternang dan saudaraku pergilah dengan tenang).








Data 20
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana di gedung DPR
Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman-teman dekat
Apalagi sanak famili

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kaliamt yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai yaitu (kata untukmu dalam kalimat : Untukmu yang duduk sambil diskusi dan untukmu yang biasa bsersafari)

Data 22
Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut kuarng menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berpikir, berbuat, dan sebagainya seperti manusia yang terdapat dalam (kata suara dalam kalimat suara kami tolong dengar lalu sampaikan)

Data 23
Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke
Saudara dipilih bukan di lotre

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati di buat berpikir, berbuat, dan sebagainya, seperti manusia. Adapun yang masuk dalam gaya personifikasi adalah (kata kantong safari dalam kalimat, Di kantong safarimu kami titipkan)

Data 24
Meskipun kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam, juara he hee, juara ha...ha...ha...
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu setuju

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai dengan sebuah konteks yang sesuai yang terdapat dalam (Kata juara yaitu kalimat juara diam, juara he..eh..., juara ha...ha...ha... dan dalam kata wakil rakyat di dalam kalimat wakil rakyat seharusnya merakyat dan wakil rakyat tahu nyanyian lagu setuju).

B.Manipulasi bunyi
Bunyi merupakan unsur yang bersifat estetik dalam puisi. Bunyi pada puisi merupakan pengungkapan secara emotif yang terjadi dalam diri pengarang dan hendak mengungkapakan serta mempertegas tanda-tanda sehingga dapat memberikan efek estetik yang ekspresif berupa penekanan terhadap makna yang akan diungkapkan dari tanda-tanda dalam puisi. Bunyi erat hubunganya dengan anasir-anasir musik, misalnya: lagu, melodi irama, dan sebagainya (Djoko Pradopo, 2000: 22). Puisi merupakan cikal bakal dari lagu, jadi dapat dikatakan bahwa lagu merupakan puisi, akan tetapi puisi bukanlah lagu, artinya lirik-lirik lagu yang belum diberikan nada-nada berupa musik merupakan bentuk puisi. Paul Verlaine (1844-1896) berkata bahwa, musiklah yang paling utama dalam puisi (De la musique avant tout chose). Para penyair romantik dan simbolis ingin menciptakan puisi yang mendekati musik: merdu bunyinya dan berirama kuat (Djoko Pradopo, 2000: 22).
Penekanan-penekanan bunyi pada lagu dapat memberikan efek ekspresif dan estetik dalam pemaknaannya pada setiap lagu. Manipulasi bunyi dimaksudkan sebagai bentuk pemanfaatan bunyi sebagai media penekanan, dalam memfokuskan penanda-penanda pada beberapa lagu, hingga membentuk suatu pemaknanan yang sama terhadap lagu tersebut, dan menjadi ciri khusus akan lagu-lagu tersebut.
Lagu-lagu ciptaan Iwan Fals mempunyai suatu ciri khusus dalam segi pencitraan dan segi pemanfaatan bunyi, berupa nada-nada atau tambahan efek musik. Lagu-lagunya mempunyai kandungan makna yang spontan akan tetapi mempunyai arti khusus dari segi pengungkapan terhadap gejolak lingkungannya.
Lagu-lagu ciptaan Iwan Fals mempunyai karakter atau style sepontan, tajam dan menyentuh, membuat pendengar tersentuh dalam pelantunan setiap lirik-lirik lagunya. Iwan Fals dalam melantunkan lagu-lagunya terkesan spontan dan sedikit memaksakan antara penggabungan antara bunyi dengan pemilihan kata atau diksi sebagai liriknya. Akan tetapi dari segi pemanfatan bunyi, Iwan Fals sanggup memanipulasi bunyi pada lagu-lagunya untuk menjadikan penekanan-penekanan di setiap lirik lagu tersebut untuk lebih memperjelas gagasan yang akan disampaikannya.
Analisis manipulasi bunyi pada lagu-lagu Iwan Fals akan dikaji lebih detail dan sepesifik dengan penggolong-golongan data dari ke-4 lagu Iwan Fals yang berjudul Bangunlah Putra-putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem, 1910. Penggolong-golongan data tersebut diambil dari setiap bait dari ke-4 lirik lagu tersebut. Penggolongan data 1-5 diambil dari penggalan setiap bait dari lirik lagu yang berjudul “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”, data 6-11 diambil dari penggalan setiap bait dari lirik lagu yang berjudul “Surat Buat Wakil Rakyat”, data 12-17 di ambil dari penggalan setiap bait dari lirik lagu yang berjudul “Nenekku Okem”, data 17-21 diambil dari penggalan setiap bait dari lirik lagu yang berjudul “1910”.

1.Sinar matamu tajam namun ragu, kokoh sayapmu semua tahu
Tegap tubuhmu takkan tergoyahkan, kuat jarimu kala mencengkram

Data di atas merupakan bait ke-1 dari lagu Iwan Fals yang berjudul “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Data di atas banyak terdapat unsur bunyi fonem akhiran u serta ditambahkan sedikit unsur bunyi fonem akhiran m dan n sebagai pelengkap dan penyeimbang unsur bunyi fonem akhiran u terkesan berat dan rendah. Bunyi fonem akhiran u yang terdapat pada data di atas meliputi kata: matamu, ragu, sayapmu, tubuhmu, jarimu; dan bunyi fonem akhiran m dan n meliputi kata: tergoyahkan dan mencengkram. Bunyi fonem akhiran u mengilusatrasikan suasana hati pengarang yang prihatin, cemas melihat akan kondisi negeri ini. Bunyi fonem akhiran m dan n meskipun sedikit tetapi dapat menetralisasikan suasana hati pengarang yang sedih, cemas dan prihatin. Karena bunyi fonem akhiran m dan n menandakan kegembiraan dan keceriaan. Kajian makna pada data di atas yakni, pengarang hendak menceritakan tentang ‘burung garuda’ sebagai suatu lambang kebangsaan dari Negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ciri khusus yang digambarkan lewat data di atas tentang burung garuda.

2.Bermacam-macam suku yang berbeda, bersatu dalam cengkrammu
Angin genit mengelus merah putihku, yang berkibar sedikit malu-malu
Merah membara tertanmam wibawa, putihmu suci penuh karisma
Pulau-pulau yang berpencar, bersatu dalam kibarmu

Data 2 di atas merupakan bait ke-2 dari lagu Iwan Fals yang berjudul “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Data 2 di atas pengarang masih mendominaskan unsur bunyi fonem akhiran u dalam lagunya. Selain unsur bunyi fonem akhiran u, pengarang juga menambahkan beberapa unsur bunyi fonem a, i dan m sebagai penyeimbang makna dari unsur bunyi fonem akhiran u pada data 2 di atas. Bunyi fonem akhiran u yang terdapat pada data meliputi kata: suku, bersatu, cengkrammu, putihku, malu-malu, putihmu, kibarmu, mengelus; dan bunyi fonem a, i dan m meliputi kata: bermacam-macam, berbeda, cengkrammu, angin, genit, merah, berkibar, sedikit, membara, tertanam, wibawa, suci, karisma, berpencar, kibarmu. Data 2 di atas banyak juga ditemukan unsur bunyi a, i dan m walaupun fonem tersebut tidak terdapat pada akhiran di suatu kata, tetapi unsur bunyi a, i dan m melekat pada bagian kata misalnya pada kata ‘cengkrammu’ mengandung unsur bunyi fonem m yang khas pada tengah kata, walaupun pada akhir kata tersebut terdapat unsur bunyi fonem u yang mempunyai hubungan bunyi dengan kata-kata yang mempunyai unsur bunyi akhiran u di awal kata ‘cengkrammu’. angin, genit, berkibar, tertanam, kibarmu mengandung unsur bunyi fonem i dan a yang berada ditengah kata. Manipulasi bunyi dimaksudkan adalah penggambaran dari pemanfaatan bunyi yang mempunyai hubungan dengan bunyi-bunyi unsur yang lainya pada lagu. Kajian makna data 2 di atas adalah pengarang hendak berkomentar tentang kesaktian dari pancasila atau burung garuda sebagai lambang dan simbol dari Negara Kesatuan Republik Indonesia serta bendera merah putih yang sebagai bendera bangsa Indonesia. Adapun pada data 2 di atas burung garuda dimaksudkan sebagai pengikat dari beranekaragam suku dan budaya di Indonesia dan merah putih sebagai bendera pusaka yang berdiri dan berkibar kokoh dengan karisma yang penuh wibawa dalam mempersatukan bangsa ini.

3.Tebanglah garudaku, singkirkan kutu-kutu di sayapmu
Berkibarlah benderaku, singkirkan benalu di tiangmu
Hei, jangan ragu dan jangan malu
Tunjukan pada dunia Bahwa sebenarnya kita mampu

Data 3 di atas merupakan bait ke-3 dari lagu Iwan Fals yang berjudul “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Pada data 3 di atas untuk baris 1 dan 2 terdapat konsturksi bunyi yang sama yaitu pada kata ‘terbanglah’ baris 1 diulang pada baris ke-2 yaitu pada kata ‘berkibarlah’ dengan konstruksi bunyi yang sama walaupun kata pada baris 1 dan baris 2 tersebut tidak sama. Serupa pada kata-kata yang lainya di baris ke-1 dan baris ke-2 yaitu ‘garudaku’ dengan ‘benderaku’, ‘kutu-kutu’ dengan ‘benalu’, ‘sayapmu’ dengan ‘tiangmu’. Seperti pada bait-bait sebelumnya pada lagu “Bangunlah Putra putri Ibu Pertiwi” menggunakan unsur bunyi fonem akhiran u. Berdasarakan teori para ahli, bunyi fonem akhiran u merupakan bunyi rendah yang menandakan sebuah kesedihan. Lagu Iwan Fals yang berjudul “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi” banyak menggunakan unsur bunyi fonem akhiran u dalam liriknya. Bunyi fonem u tersebut biasanya dipakai pada partikel klitik ‘ku’ atau ‘mu’ yang melekat pada beberapa kata pada lirik lagunya. Pada data 3 unsur bunyi fonem u yakni melekat pada kata garudaku, kutu-kutu, sayapmu, benderaku, benalu, tiangmu, ragu, malu, tunjukan, mampu. Unsur bunyi fonem a pada data 3 di atas tidak banyak digunakan dalam bait ke-3 sehingga fungsi bunyi fonem a tersebut sedikit kurang terasa dalam maknanya.

4.Mentari pagi sudah membumbung tinggi
Bangunlah putra putri ibu pertiwi
Mari mandi dan gosok gigi
Setelah itu kita berjanji

Data 4 di atas merupakan bait ke-4 dari lagu Iwan Fals yang berjudul “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Data di atas banyak terdapat unsur bunyi fonem akhiran i, unsur bunyi fonem i mengandung ungkapan kegembiraan, senang. Bunyi fonem i lebih pada bunyi yang ringan. Misalnya pada kata ‘Mentari pagi’ kata ini mengandung bunyi yang ringan karena pada akhiran kata terdapat bunyi fonem i. Pada data 4 bunyi fonem i tersebut melekat pada kata Mentari pagi, tinggi, putri, pertiwi, mari mandi, gigi, berjanji. Ditinjau dari makna katanya ‘mentari pagi’ merupakan suatu tanda/ waktu dalam setiap hari, yang dimana setiap orang mulai mempersiapkan segala aktivitas pada hari itu. Pada bait tersebut lebih tercermin suatu sikap patriotisme dan sikap dorongan, semangat/ motivasi dalam memberikan konstribusi terhadap bangsa dan Negara.

5.Tadi pagi esok hari atau lusa nanti,.. garuda bukan burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut,... dan coba kau dengarkan
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisi harapan
Yang hanya berisi khayalan

Data 5 di atas merupakan bait ke-5 dari lagu Iwan fals yang berjudul ”Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Pada data 5 di atas, unsur bunyi yang banyak digunakan adalah bervariasi. Bervariasi dimaksudkan penggunaan unsur bunyi dalam bait ke-5 ini semua sama antar unsur bunyi fonem u, i, a, n, dan m. Semuanya memilki porsi yang sama dalam penggunaan unsur bunyi di bait ke-5 ini. Seperti yang telah dibahas pada data 1-4 tentang penggunaan bunyi fonem-fonem tersebut, unsur bunyi dapat mengilustrasikan suasana hati dan ekspresi pengarang ataupun dapat menggambarkan sisi makna yang akan diungkapkan pengarang lewat lagunya. Pada baris 3 dan 4 pada data 5 di atas terdapat konsturksi bunyi yang diulang seperti halnya pada data 3. Konstruksi bunyi pada baris 3 dan 4 pada data 5 lebih banyak digunakan pengarang dalam penggunaan unsur bunyi untuk diksinya di setiap lirik adalah bunyi fonem a dan n. Berbeda dengan data 3, unsur bunyi fonem u lebih mendominasi dari pada bunyi fonem a dan n. Sedangakan pada data 5 di atas unsur bunyi fonem m dan n lebih mendominasi. Ditinjau dari makna yang ingin disampaikan pengarang pada bait ke-5 ini adalah tentang perlawanan pola pikir orang-orang terhadap simbol negara yang hanya berupa simbol-simbol belaka dan tidak mempuyai suatu makna dan kesaktian. Pengarang hendak memberitahukan kepada semua orang bahwa pancasila itu merupakan suatu simbol dan lambang negara yang memiliki arti khusus bagi bangsa Indonesia.

6.Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana di gedung DPR

Data 6 di atas merupakan bait ke-1 dari lagu Iwan Fals yang berjudul Surat Buat Wakil Rakyat. Unsur bunyi yang terkandung di dalam lagu tersebut merupakan bentuk pengulangan unsur bunyi. Bunyi yang diulang pada baris 1 dan baris 2. Pada baris 1 berbunyi Untukmu yang duduk sambil diskusi dan baris 2 berbunyi Untukmu yang biasa bersafari. Pada baris 1 dan baris 2 terdapat kesamaan konstruksi bunyi misalnya pada kata ‘untukmu’ pada baris 1 dan ‘untukmu’ pada baris 2, pada kata ‘diskusi’ di baris 1 dengan ‘bersafari’ pada baris 2.

7.Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman-teman dekat
Apalagi sanak famili

Data 7 di atas merupakan bait ke-2 dari lagu Iwan fals yang berjudul Surat Buat Wakil Rakyat. Unsur bunyi yang terdapat di dalam data 7 di atas merupakan pengulangan konstruksi bunyi seperti pada data 6. Pengulangan konstruksi bunyi pada data 7 terdapat pada baris 1 dan baris 2. Baris 1 yang berbunyi Wakil rakyat kumpulan orang hebat dan Bukan kumpulan teman-teman dekat. Pada kata “hebat” di baris 1 dan pada kata ‘dekat’ pada baris 2 terdapat kesamaan bunyi yang diulang. Pengulangan tersebut terjadi pada bunyi fonem a. pada data 7 di atas terdapat juga unsur bunyi fonem i. Unsur bunyi fonem i juga terdapat pengulangan. Pengulangan bunyi fonem i tersebut yaitu pada kata ‘diskusi’ di baris 1 dan ‘bersafari’ di baris 2. Unsur bunyi yang menjadi pengulangan pada data 7 di atas dengan data 6 tersebut adalah kata ‘famili’.

8.Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Data 8 di atas merupakan bait ke-3 dari lagu Iwan Fals yang berjudul Surat Buat Wakil Rakyat. Unsur bunyi yang terdapat pada data 8 di atas merupakan bentuk pengulanag konstuksi pengulangan bunyi akhir pada setiap baris dalam data 8 tersebut. Pengulangan bunyi pada konstruksi baris akhir 2-4. Pengulangan bunyi tersebut sering dimunculkan untuk menekankan makna yang terdapat di dalam syair lagu tersebut. Pengulangan bunyi tesebut terdapat pada bunyi fonem m dan n serta bunyi fonem sengau ng. adapun kata yang melekat pada bunyi fonem m adalah pada kata ‘diam’, untuk kata yang melekat pada bunyi fonem n adalah ‘sampaikan’, dan bunyi fonem sengau ng adalah pada kata ‘menghadang’, ‘lantang’.


9.Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke
Saudara dipilih bukan di lotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam jaura he’eh juara ha..ha..ha..

Data 9 di atas merupakan bait ke-4 dari lagu Iwan Fals yang berjudul Surat Buat Wakli Rakyat. Pada data 9 di atas terdapat kesamaan unsur bunyi pada baris 3 dan 4 yaitu pada kata ‘marauke’ dan kata ‘lotre’. Kesamaan bunyi tersebut merupakan kesamaan bunyi fonem e. selain pada bunyi fonem e, terdapat kesamaan bunyi juga pada baris 5 dan 6 pada kata ‘saudara’ dan ‘juara’dan ‘ha,.ha’ yang merupakan symbol bunyi yang mengandung makna ekspresi ‘tawa’ yang diterjemahkan berdasarkan bahasa.

10.Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tau nyanyian lagu setuju

Data 10 merupakan bait ke-5 dari lagu Iwan Fals yang berjudul Surat Buat Wakil Rakyat. Unsur bunyi yang terdapat di dalam data 10 di atas adalah pengulangan konstruksi bunyi dengan mengulang sejumlah kata yang diletakan pada baris yang satu dan diulang pada baris berikutnya. Misalnya pada baris 1 berupa kata ’rakyat’ kemudian diulang lagi pada baris 2 dan 3 dengan kata dasar yang sama yaitu kata dasar ’rakyat’. Pengulangan kata tersebut mengikuti pengulangan bunyi fonem a, karena pada kata ’rakyat’ fonem yang lebih terasa dalam pelafalannya adalah fonem a.






11.Nenekku manis umur setengah abad
Masih lincah bagai bola bekel
Rambutnya panjang hitam ikal dipikok
Di salon lisa asal Rengasdengklok

Data 11 di atas merupakan bait ke-1 dari lagu Iwan fals yang berjudul ”Nenekku Okem”. Lagu ”Nenekku Okem” seperti pada data 11 di atas mengandung unsur bunyi abstrak. Unsur bunyi tersebut tidak secara jelas dapat dilihat seperti lagu Iwan fals yang telah dikaji pada data 1-5 yang berjudul ”Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Bunyi-bunyi tersebut tidak secara jelas dan khas melekat pada kata tersebut dan tidak memiliki hubungan bunyi pada kata lainya di baris yang sama, tetapi pada data 11 ini, lebih mengacu pada hubungan yang sama dengan baris yang berbeda, seperti dapat di lihat pada baris 1 dan baris 2 pada data di atas. Baris 1 misalnya Nenekku manis umur setengah abad dan baris 2 masih lincah bagai bola bekel. Pada kata ’Manis’ di baris 1 dengan ’masih’ pada baris ke-2 mempunyai bunyi yang sama yaitu pada unsur bunyi fonem i, walaupun tidak secara mutlak sama, tapi secara abstrak mempunyai kesamaan unsur bunyi. Pada kata ’setengah’ baris 1 dan kata ’lincah’ baris ke-2 secara mutlak tidak dapat ditemukan unsur bunyi yang sama di antara keduanya, tetapi secara abstrak, bunyi tersebut ternyata memiliki unsur bunyi yang sama. Sama-sama menekankan pada bunyi fonem a. Kesamaan bunyi yang secara mutlak di maksudkan yakni, unsur bunyi di dalam kata tersebut dapat terlihat dan terdengar secara jelas serta antara hubungan kata satu dengan kata yang lain memiliki hubungan bunyi yang sama dapat terlihat secara jelas, misalnya pada data 5 pada kata ’perkutut’ pada baris ke 1, ’pembalut’ pada baris 2, ’buntut’ pada baris 3.

12.Paling tak suka pakai kain kebaya
Atau rambut digulung konde
Sebab katanya tak bebas dia bergerak
Gerah sebuah alasan

Data 12 di atas merupakan bait ke-2 dari lagu Iwan fals yang berjudul ”Nenekku Okem”. Data 12 di atas terdapat unsur bunyi fonem a, k, p, u, h. Unsur-unsur bunyi tersebut menyelimuti baris ke-2 yang lebih terasa berat dan rendah sehingga menandakan suasana sedih. Walaupun sebenarnya unsur bunyi fonem a pada bait tersebut pemakaiannya lebih banyak jumlah dibandingkan dengan bunyi fonem lainya. Akan tetapi bunyi fonem a masih tetap kalah dengan kepaduan dan keberagaman bunyi fonem-fonem lainya yang lebih ringan yang menandakan suasana kegembiraan dan senang. Pada data 12 di atas mengandung makna keceriaan. Bunyi fonem a terdapat pada kata ’suka’, ’kebaya’, ’katanya’, ’bergerak’, ’gerah’, ’alasan’.

13.Nenekku orang hebat
Sanggup koprol bagai atlet
Nafasnya panjang bak nafas kuda
Lari Jakarta-Bandung setiap pagi pulang pergi
Main bola sehari tiga kali
Tari kejang menambah energi

Data 13 di atas merupakan bait ke-3 dari lagu yang berjudul ”Nenekku Okem” . Unsur bunyi fonem i banyak mendominasi pada data 13 ini. Pada dasarnya unsur bunyi merupakan suatu ilustrasi yang menggambarkan ekspresi atau ungkapan hati pengarang. Unsur bunyi fonem i lebih cenderung pada bunyi ringan yang berfungsi mengilustrasikan suasana atau ekspresi pengarang yang senang, gembira, ceria. Pada data di atas unsur bunyi fonem i melekat pada kata ’pagi’, ’pergi’, ’sehari’, ’kali’, ’tari’, ’energi’. Unsur bunyi pada data di atas, pada barisnya mempunyai kesamaan bunyi yang sama antara kata yang satu dengan kata yang lain. Misalnya pada baris 4 pada kata ’pagi’ dan ’pergi’, baris 5 pada kata ’sehari’ dan ’kali’, baris 6 pada kata ’tari’ dan ’energi’. Adapun ditinjau dari makna yang disesuaikan dengan kajian bunyi yang terkandung dalam bait tersebut yakni suatu sikap kekaguman terhadap sesorang yang mempunyai kemampuan yang berbeda dengan orang lain, dan kempuan tersebut sangat unik dan menarik sehingga menimbulkan kesimpatian terhadap seseorang tersebut.

14.Kalau kubilangin jangan terlalu agresif
Namun malah ngeledek kuno
Nenekku makin hot menari sambil salto
Hampir-hampir setiap menit
Di rumah atau di jalan
Di pasar atau di trotoar
Hi,..hi,..hi,...hi,...hi,...

Data 14 di atas merupakan bait ke-4 dari lagu Iwan fals yang berjudul ”Nenekku Okem”. Pada data 14 di atas banyak terdapat unsur bunyi fonem i dengan fungsi mengilustrasikan suasana yang ceria, senang dan gembira. Kegembiraan itu diilustrasikan pada kata yang terdapat unsur bunyi fonem i yaitu ’hi,.hi,..hi,..’. selain unsur bunyi fonem i, fonem bunyi o juga mendominasi pada data 14. Walaupun fonem o mempunyai bunyi yang berat dan seolah mengilustrasikan suasana yang sedih, tapi denagn adanya unsur bunyi fonem i dapat menetralisirkan ilustrasi suasana sedih dari bunyi fonem o. Unur bunyi fonem i pada data 14 yang melekat pada kata meliputi kata ’kubilangin’, ’Agresif’,’menit’, ‘Hi,..hi,..hi,...hi,...hi,...’. Adapun bunyi fonem o melekat pada kata kuno, salto, hot. Ditinjau dari segi maknanya yang disesuaikan dengan unsur bunyi yang terdapat pada bait tersebut yakni suatu tindakan yang unik dan berlebihan. Maksud dari unik dan berlebihan yakni antara usia dengan tindakan yang dilakukan tidak sesuai.

15.Habis ambil pensil mampir ke toko kaset
Cari lagu baru yang up to date
Kuping pakek head phone
Badan tak biasa diam
Ikuti tempo break dance tersayang

Data 15 di atas merupakan bait ke-5 lagu yang berjudul ”Nenekku Okem”. Data 15 di atas hampir serupa dengan data 3 yaitu pada bagian baris yang sama terdapat konstruksi bunyi yang sama. Misalnya pada data 15 di bagian baris 1 pada kata ’kaset’ dan baris 2 pada kata ’date’. Kesamaan konstruksi bunyi pada baris 1 dan baris 2 tidak lain agar bait di dalam lirik tersebut menghasilkan bunyi yang harmoni atau bunyi yang merdu. Unsur bunyi yang terdapat pada data 15 yakni unsur bunyi fonem e dan unsur bunyi fonem n dan m.

16.Persetan orang lihat masabodo nyengir
Konsentrasi dia tak goyah
Setelah selesai dengar lagu sekaset
Lalu dia menuju kasir
Bayar satu bawa tiga
Yang dua mampir di jaket
Yang dua mampir di jaket
Nenekku Okem,.
Nenekku Okem,.
Nenekku Okem,.

Data 16 di atas merupakan bait ke-6 dari lagu Iwan Fals yang berjudul ”Nenekku Okem”. Pada data 16 di atas terdapat unsur bunyi yang abstrak. Tidak ada kepaduan bunyi antara baris yang satu dengan baris yang lain. Unsur bunyi tersebut tidak secara mutlak berada pada setiap kata di dalam lirik tersebut. Keabstrakan itulah yang menjadikan bunyi pada bait ke-6 atau data 16 ini menjadi indah. Ada beberapa kata yang mengandung unsur kesamaan bunyi yang secara tersirat dapat dilihat. Misalnya pada kata ’tiga’ baris 5 dengan ’dua’ pada baris 6. Kepaduan bunyi yang dapat dilihat secara abstraklah yang membuat keunikan pada lagu-lagu Iwan fals, yang salah satunya pada lagu yang berjudul ”Nenekku Okem ” di Bait ke-6.

17.Apa kabar kereta yang terkapar di senen pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata,.. air mata

Data 17 di atas merupakan bait ke-1 dari lagu Iwan Fals yag berjudul ”1910”. Unsur bunyi pada data 12 atau bait 1 di atas yakni mengandung unsur pengulangan bunyi fonem i, hal ini dapat di lihat pada data di atas pada baris satu dengan baris yang lainnya. Misalnya pada kata ’pagi’ baris 1 dan pada kata ’mati’ baris 2 dan ’mimpi’ pada baris ke-3, pengulangan bunyi fonem i sangat terasa di dalam perubahan makna akan suasana ekspresi dan ungkapan. Bunyi fonem i mengilusitrasikan ke suasana yang riang dan ceria. Akan tetapi pada lagu ini pengulangan bunyi yang ditampilkan berasarkan pemilihan diksinya yang mengacu pada gagasan yang akan disampaikan pengarang adalah suatu keperihatinan dan suatu bentuk kesimpatian terhadap kisah yang terjadi pada tragedi kecelakaan kereta api bintaro 19 Oktober. Data 17 di atas juga mengandung usnur bunyi fonem a misalnya melekat pada kata ’Kereta’, ’terkapar’, ’kisah’, ’air mata’. Jika dibandingkan dengan unsur bunyi fonem i unsur bunyi fonem a sangat mempengaruhi perubahan makna berupa gagasan yang akan disampaikan pengarang. Unsur bunyi fonem a lebih mengilustrasikan pada suasana yang sedih, duka dan keperihatinan kebalikan dari unsur bunyi fonem i yang lebih mengacu pada bunyi riang dan senang.

18.Belum habis peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata,.. air mata

Data 18 di atas merupakan bait ke-2 dari lagu Iwan fals yang berjudul ”1910”. Unsur-unsur bunyi yang menyelimuti bait ke-2 banyak terdapat unsur bunyi fonem i, akan tetapi dari segi kegunaan maknanya, unsur bunyi ini tidak begitu mempengaruhi. Unsur bunyi fonem o pada data 18 di atas walaupun sedikit, tetapi membuat atau mempengaruhi segi pemaknaan dalam segi konteks gagasan yang akan disampaikan pengarang. Pengkolaborasian unsur bunyi fonem a dan bunyi fonem o sanagt cocok memberikan dan mengilustrasikan situasi dan gagasan yang akan disampaikan pengarang dalam lagunya. Karakter bunyi fonem o dan a yang rendah, sehingga menciptakan efek bunyi atau mengilustrasikan bunyi sedih. Unsur bunyi fonem i terdapat pada kata ’habis’, ’jerit’. Unsur bunyi fonem a pada kata ’air mata’, serta unsur bunyi fonem o terdapat pada kata ’roda’ dan ’bintaro’.

19.Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa
Aku bosan,..
Lalu terangkat semua beban di pundak
Semudah itukah luka-luka terobati
Nusantara,.. tangismu terdengar lagi
Nusantara derita bila berhenti
Bilakah,.. bilakah,..

Data 19 di atas merupakan bait ke-3 dari lagu Iwan fals yang berjudul ”1910”. Pada data di atas terdapat beragam unusur bunyi fonem, akan tetapi unsur bunyi fonem a lebih banyak terdapat pada bait ke-3. Seperti yang telah diungkapkan pada pembahasan-pemabahasan tentang efek yang yang dihasilkan pada bunyi fonem a yaitu bunyi fonem yang menghasilkan efek bunyi yang rendah dan sedih. Meninjau kembali makna yang terkandung dalam lagu ini yaitu menceritakan tentang tragedi kecelakan kereta api di stasiun bintaro pada hari senin pagi tanggal 19 Oktober. Unsur bunyi fonem a pada data 19 terdapat pada kata ’berdarakah’, ’berlakang’, ’meja’, ’ucapkan’, ’belasungkawa’, ’bosan’, ’terangkat’, ’pundak’, ’semudah’, ’luka-luka’, ’nusantara’, ’derita’, ’bilakah’. Dan unsur bunyi fonem i terdapat pada kata ’terobati’, ’lagi’, ’berhenti’.

20.Sembilan belas Oktober tanah jakarta berwarna merah
Meningalkan tanya jawab yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata,... air mata,..

Data 20 di atas merupakan bait ke-3 dari lagu Iwan fals yang berjudul ”1910”. Pada data di atas terdapat unsur bunyi fonem a, unsur bunyi fonem a melambangkan suasana yang sedih. Adapun perwakilan kata yang diselimuti oleh unusr bunyi fonem a yang melambangkan kesedihan adalah ’jakarta’, ’berwarna merah’, ’tanya jawab’, ’kereta’, ’lemparkan’, ’amarah’, ’air mata’.

21.Nusantara,.. langitmu saksi kelabu,..
Nusantara,..terdengar lagi tangismu,..
Nusantara,.. kau simpan kisah kereta,..
Nusantara,.. kabarkan marah sang duka,..
Saudaraku pergilah dengan tenang,..
Sebab luka tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang

Data 21 di atas merupakan bait ke-4 dari lagu Iwan fals yang berjudul ”1910”. Pada data 21 di atas terdapat pengulangan kata pada setiap baris di bait 4 atau data 21 di atas. Pengulangan kata tersebut mempengaruhi pada unsur bunyi yang diulang, sehingga memberikan efek yang sama dalam tiap baris di data 21 tersebut. Pengulangan kata tersebut merupakan penekanan kata yang ditujukan untuk menekankan gagasan atau maksud yang akan diungkapkan pengarang dalam lagunya. Unsur bunyi yang melekat pada kata yang diulang memberikan efek-efek penekanan yang sangat menjadi titik permasalahan yang akan disampaikan. Unsur bunyi fonem a yang melambangkan suatu ungkapan kesedihan. sehingga suasana hati pengarang pada data 21 di atas mengilustrasikan suatu bentuk kesedihan dan keperihatinan yang sangat mendalam terhadap para korban kecelakan kereta api di stasiun bintaro pada hari senin tanggal 19 Oktober dan sampai sekarang peristiwa itu dikenal dengan nama Tragedi Bintaro.
C.KAJIAN MAKNA

1.Patriotisme dan Cinta Tanah Air
Pembicaraan tentang patriotisme dan cinta tanah air dapat memberikan semangat dan dorongan untuk lebih mengenal dan menyelami rasa kebangsaan selanjutnya membina rasa kebanggaanterhadap bangsa dan negaranya. Lirik lagu Iwan Fals yang bertemakan patriotisme dan cinta tanah air dapat dijumpai dalam lirik lagu “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”.

Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi
Sinar matamu tajam namun ragu, kokoh sayapmu semua tau
Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan, kuat jarimu kala mencengkram

Bermacam suku yang berbeda, bersatu dalam cengkrammu
Angin genit mengelus merah putihku, yang berkibar sedikit malu-malu
Merah membara tertanam wibawa,putihmu suci penuh kharisma
Pulau-pulau yang berpencar, bersatu dalam kibarmu

Terbanglah garudaku, singkirkan kutu-kutu di sayapmu
Berkibarlah benderaku,singkirkan benalu di tiangmu
Hei, jangan ragu dan jangan malu
Tunjuk kan pada dunia
Bahwa sebenarnya kita mampu

Mentari pagi sudah
Membumbung tinggi
Bangunlah putra putri
Ibu pertiwi
Mari mandi dan gosok gigi
Setelah itu kita berjanji

Tadi pagi esok hari atau lusa nanti….. garuda bukan
burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut….. dan coba kau dengarkan
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisi harapan
Yang hanya berisi hayalan
(album “Sarjana Muda”)

Pada bait pertama, yang dimaksud dengan ‘sinar matamu’, ‘kokoh sayapmu’, ‘tegap tubuhmu’, dan ‘kuat jarimu’, adalah anggota tubuh dari seekor burung garuda, yang merupakan lambang negara Republik Indonesia. Burung garuda yang dilambangkan sebagai burung perkasa, merupakan penggambaran keadaan negara Indonesia sebagai Negara yang besar kuat sebagai negara kesatuan meskipun terdiri dari bermacam-macam suku-suku bangsa. Bait kedua menunjuk pada bendera kebangsaan negara Indonesia. Warna merah yang membara merupakan lambang kewibawaan dan putih yang suci penuh dengan kharisma. Kibar bendera tersebut dikatakandapat mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Bait pertama dan kedua ini merupakan pengantar tentang Negara kesatuan Republik Indonesia, lewat penggambaran fisik burung garuda dan bendera Merah Putih.
Bait ketiga dan keempat merupakan anjuran dan ajakan, untuk berkarya dan membangun bangsa Indonesia. Segala rintangan dan hambatan yang digambarkan dengan “kutu” dan “benalu”, bukan suatu alas an untuk tidak berkarya. Frase “mentari pagi sudah membumbung tinggi”, mempunyai arti bahwa sudah tiba saatnya untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan tanpa harus menunda waktu lagi. Yang dimaksud dengan “mari mandi dan gosok gigi”, adalah suatu tindakan atau persiapan yang harus dilakukan apabila akan melakukan suatu aktivitas.
Dengan demikian, yang diperlukan dalam membangun Negara Indonesia ini adalah suatu tindakan nyata tanpa perlu banyak teori. Hal ini ditegaskan dalam bait kelima dengan kata-kata ‘garuda bukan burung perkutut, ‘sang saka bukan sandang pembalut’, dan ‘Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut’. Sila-sila dalam Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kesatuan Republik Indonesia bukanlah suatu hafalan kata-kata, tetapi harus direalisasikan dengan tindakan yang nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Litik lagu ini memberikan gambaran tentang tugas seorang warga negara sebagai anggota masyarakat yang mempunyai kewajiban membangun negaranyamelalui bidang dan keahlian masing-masing.



2.Kritik dan Keadilan Sosial
Hampir sebagian besar lirik lagu Iwan Fals merupakan kritik sosial, bahkan lagu tentang cinta pun diselipi dengan kritik sosial. Meskipun demikian, bukan berarti apabila ada kritik sosialnya kemudian digolongkan sebagai lirik lagu dengan gagasan utama kritik sosial. Kritik sosial itu sendiri dilatarbelakangi dorongan untuk memprotes ketidakadilan yang dilihat, didengar, maupun yang dialaminya. Permasalahan yang menjadi sorotan lirik lagu Iwan Fals lewat kritik sosial sangat komplek. Masalah korupsi yang semakin merajalela menjadi perhatian dalam lirik lagu Iwan Fals, kadang-kadang kritik yang disampaikan dalam lirik lagu Iwan sangat keras sehingga terkesan seperti menuduh terhadap objek yang menjadi sasaran kritiknya.


Surat Buat Wakil Rakyat
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana di gedung DPR

Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman-teman dekat
Apalagi sanak famili

Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke

Saudara dipilih bukan dilotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam jaura he’eh juara ha..ha..ha..

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat


Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tau nyanyian lagu setuju
(album “ Wakil Rakyat”)

Lirik lagu ini merupakan kritik terhadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga tinggi negara, juga termasuk anggota yang duduk di dalamnya. Ada tiga hal yang menjadi sorotan dalam lirik lagu tersebut. Pertama adalah tentang gejala ‘nepotisme’ dalam Dewan Perwakilan Rakyat yang dikatakan dengan ‘bukan kumpulan teman-teman dekat’ dan ‘apalagi sanak famili’. Hal ini merupakan kritik tentang banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang masih ada hubungan saudara atau merupakan keluarga dari bebrapa pejabat pemerintah. Kedua adalah sistem pemilihan yang digunakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat tersebut. Sistem ini membuat rakyat Indonesia tidak langsung memilih seseorang tetapi lewat sebuah partai tertentu, hal ini membuat pemilih tidak tahu profil dari masing-masing individu yang menjadi wakilnya sehingga dikatakan dengan ‘meski kami tak kenal siapa saudara’.
Ketiga, tentang anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang pasif dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat. Dalam lirik lagu tersebut dikatakan dengan ‘kami tak sudi memilih para juara’ dan ‘juara diam, juara he’eh, juara ha..ha..ha’. Hal ini sempat menjadi pembicaraan masyarakat lewat media massa sehingga pada saat itu sempat muncul istilah “4D” yang artinya “datang, duduk, diam, dibayar”.
Frase ‘wakil rakyat bukan paduan suara’ dan ‘hanya tahu nyanyian lagu setuju’ mengandung arti bahwa beberapa anggota dewan hanya mengikuti arus tanpa memiliki inisiatif sendiri. Dari lirik lagu yang bertemakan kritik dan keadilan sosial ini merupakan salah satu faktor yang membuat Iwan Fals diberi predikat sebagai pengarang lirik lagu yang penuh dengan protes dan kritik sosial. Selain itu permasalahan yang diungkapkan tersebut sebagian besar menyangkutkehidupan masyarakat menengah ke bawah. Kritik yang disampaikan lebih berkesan merupakan suara rakyat kecil yang cenderung menjadi objek dari semua kepincangan dan kekurangan, yang melatarbelakangi adanya lirik lagu dengan tema kritik sosial tersebut.
3.Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan suatu tingkah laku sekelompok manusia dalam kehidupan, yang dipandang sebagai suatu gejala sosial untuk dapat menentukan status mereka. Hal ini dapat menyangkut beberapa aspek diantaranya tentang mode, makanan, etika, olah raga, dan sebagainya. Gaya hidup ini biasanya merupakan pengaruh budaya lain sehingga kadang-kadang dapat menimbulkan kesalahan persepsi dalam pelaksanaannya karena tidak disesuaikan dengan kondisi dan lingkungannya.

Nenekku Okem
Nenekku manis umur setengah abad
Masih lincah bagai bola bekel
Rambutnya panjang hitam ikal dipicok
Di salon Lisa asal Rengasdengklok

Paling tak suka pakai kain kebaya
Atau rambut digelung konde
Sebab katanya tak bebas dia bergerak
Gerah sebuah alasan

Nenekku orang hebat
Sanggup koprol bagaikan atlit
Nafasnya panjang bak nafas kuda
Lari Jakarta-Bandung setiap pagi pulang pergi
Main bola sehari tiga kali
Tari kejang menambah energi
Kalau kubilangin jangan terlalu agresif
Namun malah ngeledek kuno
Nenekku makin hot menari sambil salto
Hampir-hampir setiap menit
Di rumah atau di jalan
Di pasar atau di trotoar
Hi..hi..hi..hi..hi..

Habis ambil pensil mampir ke toko kaset
Cari lagu baru yang up to date
Kuping pake head phone
Badan tak bisa diam
Ikuti tempo break dance tersayang

Persetan orang liat sabodo nyengir
Konsentrasi dia tak goyah
Setelah selesai dengar lagu sekaset
Lalu dia menuju kasir
Bayar satu bawa tiga
Yang dia mampir di jaket
Yang dua mampir di jaket
Nenekku okem, nenekku okem
(album “Lancar-Kereta Tua”)

Lirik lagu ini menceritakan seorang wanita yang usianya setengah abad atau lima puluh tahun, tetapi tingkah laku dan penampilannya melebihi anak muda. Dalam bait pertama dikatakan dengan ‘rambutnya panjang hitam ikal dipeacock’, mengandung arti bahwa dalam usia setengah abad biasanya rambut seseorang mulai memutih dengan tumbuhnya uban. Untuk menutupi uban tersebut, nenek tersebut menghitamkan dengan semir rambut sehingga terkesan lebih muda. Meskipun dalam lirik lagu ini tidak disebutkan secara langsung bahwa nenek ini menghitamkan rambutnya dengan semir rambut, tetapi kata peacock dalam lirik lagu tersebut menunjuk salah satu merk semir rambut. Kata-kata dalam lirik lagu ini menunjukkan bahwa wanita tersebut merupakan kelompok masyarakat kelas menengah ke atas dan hidup di daerah kota besar. Karena bagaimanapun juga gejala yang terjadi seperti dalam lirik lagu ini tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah yang hidup di pedesaan atau kota kecil.
Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa kehidupan masyarakat di kota besar cenderung untuk tidak mencampuri urusan orang lain sehingga kurang adanya interaksi sosial di antara mereka. Lain halnya dengan daerah pedesaan atau kota kecil mereka masih memperhatikan kebersamaan dan interaksi sosial di antara mereka masih sangat kuat. Dengan demikian, apabila kejadian seperti dalam lagu itu terjadi di daerah pedesaan maka akan dianggap stess atau sudah tidak waras lagi. Gaya hidup seperti dalam lirik lagu tersebut cenderung merupakan pencerminan sikap kehidupan seseorang di kota besar yang meniru budaya lain tanpa menyesuaikan dengan konteks budaya lingkungannya. Hal ini biasanya bertujuan untuk mencari perhatian atau paling tidak adanya pengakuan terhadap eksistensi dirinya. Kata-kata kain ‘kebaya’ dan ‘konde’ merupakan atribut pakaian tradisional dalam budaya jawa, yang melambangkan budaya tradisional namun wanita tersebut tidak mau menggunakan kebaya dan konde agar tidak dikatakan kuno dan dianggap sudah modern karena masih berbusana tradisional. Padahal ukuran modern dan tidaknya seseorang tidak bisa diukur dari segi pakaian yang dikenakan.
Jadi lirik lagu ini merupakan sindiran tentang gaya hidup sekelompok orang yang salah dalam memandang kemajuan informasi dan teknologi. Seharusnya teknologi dan informasi yang semakin berkembang digunakan untuk kemajuan pengetahuan dan sebagai sarana mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang semakin komplek, bukan sebaliknya, manusia diperalat oleh teknologi yang kian berkembang sehingga justru akan kehilangan jati dirinya sebagai manusia yang berbudaya.

4.Rakyat Kecil dan Kepedulian Sosial
Kehidupan rakyat kecil bagi Iwan Fals merupakan suatu keadaan yang sangat menarik untuk ditampilkan dalam lirik lagunya, sebagai salah satu bukti kepeduliannya terhadap nasib mereka. Wajar apabila sebagian besar lirik lagu Iwan Fals berbicara tentang nasib rakyat kecil, meskipun demikian bukan berarti bahwa dalam lirik lagunya, rakyat kecil digambarkan sebagai kelompok tertindas, diasingkan , dan selalu menderita. Mereka memiliki cara dan gaya tersendiri untuk menunjukkan kebahagiaan dan usaha dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Kepedulian sosial yang dituangkan dalm lirik lagu Iwan Fals tentang beberapa peristiwa tidak terbatas pada peristiwa yang ada di negara kita Indonesia saja sebagai lingkungan kehidupannya. Peristiwa di belahan dunia lainnya yang menyangkut kesengsaraan masyarakat bawah juga menjadi perhatian Bang Iwan. Golongan yang termasuk dalam kelompok rakyat kecil, biasanya status sosialnya rendah dan tidak mempunyai kedudukan secara struktural dalam masyarakat. Hampir semua bidang yang menjadi profesi rakyat kecil tidak lepas dari perhatian Iwan Fals.
Salah satu hal yang menonjol dalam lirik lagu Iwan Fals tentang rakyat kecil dan kepedulian sosial adalah kepekaannya dalam menangkap suatu peristiwa untuk diabadikan dalam sebuah lagu. Kecelakaan kereta api di daerah Bintaro yang menelan korban ratusan jiwa manusia diabadikan lewat lirik lagu berjudul ‘1910’. Menunjukkan kepekaan Iwan Fals atas nasib sesama manusia, ungkapan dalam lirik lagu ini dapat menjadi pelajaran dan bahan renungan kepada orang yang kebetulan tidak mengalami peristiwa tersebut.

1910
Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata….air mata…..

Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata….air mata…..

Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan bela sungkawa
Aku bosan…

Lalu terangkat semua beban di pundak
Semudah itukah luka-luka terobati
Nusantara…. tangismu terdengar lagi
Nusantara…. derita bila berhenti
Bilakah…bilakah..

Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata..air mata…

Nusantara…. langitmu saksi kelabu
Nusantara…. terdengar lagi tangismu
Nusantara…. kau simpan kisah kereta
Nusantara…. kabarkan marah sang duka

Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab luka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang

(album “1910”)

Peristiwa ini merupakan kecelakaan kereta api di daerah Bintaro, Jakarta yang menelan korban ratusan jiwa manusia. Kereta tersebut merupakan rangkaian kereta kelas ekonomi sehingga sebagian besar penumpang yang menjadi korban adalah masyarakat yang termasuk golongan menengah ke bawah. Apabila tidak mengamati isi lirik lagunya angka 1910 yang dijadikan judul akan diartikan sebagai angka tahun, padahal angka 1910 tersebut mengandung arti tanggal sembilan belas, bulan sepuluh atau bulan Oktober karena peristiwa kecelakaan kereta api yang dituangkan lewat lirik lagu ini terjadi pada tanggal 19 Oktober.
Dalam bait pertama, frase ‘hancurkan mimpi bawa kisah air mata’, mengandung arti bahwa peristiwa ini mengejutkan semua pihak, apalagi peristiwa tersebut menelan korban jiwa yang jumlahnya sangat banyak sehingga sampai dikatakan dengan ‘tanah Jakarta berwarna merah’. Pada saat itu berdasarkan penyelidikan pihak yang berwenang ternyata kecelakaan tersebut diakibatkan oleh kesalahan dalam menentukan waktu pemberangkatan kereta. Penuangan tragedi kecelakaan kereta api ini tidak lepas dari pengamatan Iwan Fals untuk menyampaikan kritik dengan mengatakan ‘berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja’, ‘atau cukup hanya ucapkan bela sungkawa’ dan ‘aku bosan’. Secara simbolis Iwan Fals mengatakan bahwa tragedi kecelakaan kereta api ini seharusnya menjadi cermin bagi pihak yang berkompeten (PT. KAI) untuk memperbaiki pelayanannya.
Seperti lirik lagu Iwan Fals lain yang mengisahkan tentang rakyat kecil, terlihat adanya usaha untuk menjalin hubungan secara emosional kepada pembaca/pendengar melalui pemakaian kata ‘aku’ dan ‘saudaraku’. Hal ini dapat memberikan rangsangan sehingga lirik lagu tersebut seolah-olah merupakan suara hati dan jeritan pembaca sendiri dalam merasakan penderitaan akibat peristiwa tersebut. Dengan demikian, lirik lagu ini dapat memberikan suatu peringatan dan pelajaran kepada manusia agar peristiwa tersebut tidak terjadi lagi pada masa-masa yang akan datang.
Tema dan masalah yang diangkat yang ada dalam lirik lagu Iwan Fals sangat beragam, namun secara keseluruhan tema protes dan kritik sosial terlihat paling dominant dibandingkan dengan tema dan masalah lainnya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan lirik lagu Iwan Fals digemari oleh pendengarnya disamping faktor-faktor lainnya. Lirik lagu yang bertemakan protes dan kritik sosial tersebut mengungkapkan masalah yang sangat dekat dengan permasalahan rakyat kecil pada umumnya sehingga bisa dikatakan sebagai realitas sosial. Seolah-olah lirik lagu tersebut mewakili suara rakyat kecil yang pada umumnya diidentikkan dengan kesengsaraan dan penderitaan.
































DAFTAR PUSTAKA


Aminuddin. 1995. Stilistika, Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Zainal Arifin. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Jakarta: Realita Publisher
http//Cahsasindo.blogspot.com

http://theworldisword.blogspot.com






































Lampiran:


Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi
Sinar matamu tajam namun ragu, kokoh sayapmu semua tau
Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan, kuat jarimu kala mencengkram

Bermacam suku yang berbeda, bersatu dalam cengkrammu
Angin genit mengelus merah putihku, yang berkibar sedikit malu-malu
Merah membara tertanam wibawa,putihmu suci penuh kharisma
Pulau-pulau yang berpencar, bersatu dalam kibarmu

Terbanglah garudaku, singkirkan kutu-kutu di sayapmu
Berkibarlah benderaku,singkirkan benalu di tiangmu
Hei, jangan ragu dan jangan malu
Tunjuk kan pada dunia
Bahwa sebenarnya kita mampu

Mentari pagi sudah
Membumbung tinggi
Bangunlah putra putri
Ibu pertiwi
Mari mandi dan gosok gigi
Setelah itu kita berjanji

Tadi pagi esok hari atau lusa nanti….. garuda bukan
burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut….. dan coba kau dengarkan
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisi harapan
Yang hanya berisi hayalan
(album “Sarjana Muda”)








Surat Buat Wakil Rakyat

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana di gedung DPR

Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman-teman dekat
Apalagi sanak famili

Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke

Saudara dipilih bukan dilotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam jaura he’eh juara ha..ha..ha..

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat


Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tau nyanyian lagu setuju
(album “ Wakil Rakyat”)








Nenekku Okem

Nenekku manis umur setengah abad
Masih lincah bagai bola bekel
Rambutnya panjang hitam ikal dipicok
Di salon Lisa asal Rengasdengklok

Paling tak suka pakai kain kebaya
Atau rambut digelung konde
Sebab katanya tak bebas dia bergerak
Gerah sebuah alasan

Nenekku orang hebat
Sanggup koprol bagaikan atlit
Nafasnya panjang bak nafas kuda
Lari Jakarta-Bandung setiap pagi pulang pergi
Main bola sehari tiga kali
Tari kejang menambah energi
Kalau kubilangin jangan terlalu agresif
Namun malah ngeledek kuno
Nenekku makin hot menari sambil salto
Hampir-hampir setiap menit
Di rumah atau di jalan
Di pasar atau di trotoar
Hi..hi..hi..hi..hi..

Habis ambil pensil mampir ke toko kaset
Cari lagu baru yang up to date
Kuping pake head phone
Badan tak bisa diam
Ikuti tempo break dance tersayang

Persetan orang liat sabodo nyengir
Konsentrasi dia tak goyah
Setelah selesai dengar lagu sekaset
Lalu dia menuju kasir
Bayar satu bawa tiga
Yang dia mampir di jaket
Yang dua mampir di jaket
Nenekku okem, nenekku okem
(album “Lancar-Kereta Tua”)

















































1910

Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata….air mata…..

Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata….air mata…..

Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan bela sungkawa
Aku bosan…

Lalu terangkat semua beban di pundak
Semudah itukah luka-luka terobati
Nusantara…. tangismu terdengar lagi
Nusantara…. derita bila berhenti
Bilakah…bilakah..

Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata..air mata…

Nusantara…. langitmu saksi kelabu
Nusantara…. terdengar lagi tangismu
Nusantara…. kau simpan kisah kereta
Nusantara…. kabarkan marah sang duka

Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab luka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang

(album “1910”)

Tidak ada komentar: